Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Cara Cegah Anak Kecanduan Gawai ala "Technogeek" Silicon Valley

26 April 2021   06:43 Diperbarui: 27 April 2021   12:49 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Generasi Alfa - Ilustrasi oleh N. Setia Pertiwi

Baca juga: Antara FOMO dan JOMO, Kamu Tipe yang Mana?

Maka, agar tidak terombang-ambing oleh kepentingan di balik megahnya industri teknologi, setiap anak generasi alfa butuh bantuan dari kita semua. Yuk, cegah anak kecanduan gadget, sejak usia dini, dan sejak saat ini.

Cegah Anak Kecanduan Gawai ala Silicon Valley

Sebagian orang tua menganggap bahwa gen alfa butuh gawai paling canggih, agar tampak keren dan kekinian. Ada pula yang meyakini, bahwa gen alfa perlu media sosial dengan jutaan follower, biar hits dan banyak teman. Konon, sekolah pun wajib menggunakan teknologi dengan maksimal, dalam setiap KBM dan ruang kelasnya.

Tapi ... apa benar harus demikian?

Sebelum membahas lebih jauh, sebaiknya sepakati dulu, bahwa gawai yang kita bicarakan saat ini, mencakup perangkat dengan layar, seperti telepon pintar, laptop, tablet, dan sejenisnya, ya.

Meskipun masih termasuk gawai, kita tidak sedang membahas kulkas, kipas angin, AC, ataupun mesin cuci. Lagipula, belum ada berita soal kasus anak kecanduan cuci baju, kan.

Jadi, agar lebih mudah, kita bahas ini dengan frasa "anak main gawai".

Oke, sip.

Berkaitan dengan fenomena anak main gawai seharian, dan para orang tua yang menyediakan aneka gawai tercanggih untuk anak-anak mereka, ada beberapa fakta penting yang jarang orang ketahui, antara lain:

  • Steve Jobs, pendiri, sekaligus CEO Apple (hingga akhir hidupnya tahun 2012), menyatakan bahwa ia melarang anak-anaknya menggunakan iPad rilisan terbaru. Pada sebuah wawancara dengan reporter New York Times, beliau bahkan mengatakan bahwa keluarganya membatasi penggunaan teknologi bagi anak-anaknya di rumah [4].
  • Bill Gates, pendiri dan mantan CEO Microsoft pun demikian. Bahkan, ia pernah melarang anak perempuannya menggunakan gawai, ketika menunjukkan tanda-tanda adiktif pada sebuah game. Beliau juga tidak mengizinkan anak-anaknya punya telepon pintar hingga berusia 14 tahun [5].
  • Evan Spiegel, pendiri dan CEO Snapchat bahkan hanya mengizinkan putra mereka yang berusia 7 tahun untuk main gawai selama 1,5 jam/minggu! [6]
  • Sundar Pichai, yang menjabat sebagai CEO Google sejak tahun 2015, juga belum memberikan telepon pintar pada anaknya yang berusia 11 tahun, dan menjauhkan televisi untuk membatasi penggunaannya [7].
  • Tim Cook, pengganti Steve Jobs sebagai CEO Apple, tidak percaya bahwa penggunaan teknologi secara bebas dapat menggiring pada kesuksesan. Beliau pun kontra terhadap penggunaan teknologi secara berlebihan di sekolah. Dan, meski tidak memiliki anak, beliau juga membatasi penggunaan media sosial untuk keponakannya [8].
  • Satya Nadella, CEO Microsoft sejak 2014, juga memberlakukan pembatasan dan pengawasan ketat terhadap aktivitas anaknya di depan layar, sehingga mereka dapat bernegosiasi untuk menentukan jumlah dan jenis film, serta video game bagi anak-anaknya [9].
  • Mark Cuban, pemilik Dallas Mavericks, Landmark Theatres, dan Magnolia Pictures, serta pimpinan AXS TV, juga menerapkan taktik negosiasi dengan mengizinkan putrinya menonton Netflix selama 2 jam, sebagai kompensasi atas membaca buku selama 1 jam. Dan, putranya boleh bermain Minecraft, jika telah menonton video tentang matematika atau memecahkan persoalan matematika [10].

Masih kurang?

Lebih luas dari jajaran pemimpin di dunia teknologi, technogeek lain di Silicon Valley pun ternyata membatasi pemakaian gawai bagi anak-anak mereka. Bahkan, mereka bikin kontrak "no-phone" untuk pengasuh yang mereka pekerjakan, demi mencegah anak kecanduan gadget [10].

Apakah Sekolah Harus "High-tech"?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun