Perihal ini menjadi penting, karena hanya dengan tubuh yang sehat, kita dapat sama-sama berjuang agar kualitas hidup terus meningkat.
2. Meretas prioritas
Kesuksesan program JKN-KIS oleh BPJS Kesehatan semakin kokoh dengan adanya kader JKN yang bertindak sebagai penggerak partisipasi masyarakat. Mereka begitu gencar melakukan sosialisasi hingga ke akar rumput, agar masyarakat semakin memahami pentingnya jaminan kesehatan.
Iuran yang terjangkau dan terbagi menjadi tiga kelas, memang seharusnya dapat dipenuhi oleh siapa saja. Dengan kecerdasan finansial yang cukup, sudah saatnya, orang-orang meretas prioritas yang sering kali salah sasaran, dan mulai membagi porsi penghasilan, terutama untuk kesehatan yang menjadi poros bagi kehidupan.
3. Asas tolong-menolong
Sering kali terlontar, "Sudah bayar BPJS, kok tidak dipakai?" Hmm ... hindari pikiran seperti itu, ya. Demi mencapai kesejahteraan bersama yang menjadi tujuan program JKN-KIS, ingat himbauan dari BPJS Kesehatan, yaitu "Dengan gotong royong, semua tertolong".
Dengan menerapkan asas dan kerangka berpikir tolong-menolong, BPJS Kesehatan mengadaptasi prinsip asuransi syariah yang saling menanggung, dan bukan saling menukar. Skema ini pula yang berusaha ditanamkan BPJS Kesehatan dalam setiap iklan layanan masyarakat mereka.Â
Karenanya ... yuk, bekerja sama membangun kesejahteraan bangsa!
Bagi sebagian orang, konsep asuransi masih menjadi polemik. Karena itulah, perjelas akad dan luruskan niat ketika kita memutuskan ambil bagian dalam program JKN-KIS yang dikelola BPJS Kesehatan. Kuatkan tekad untuk membantu saudara kita, kaum duafa yang membutuhkan bantuan.
Dengan niat tolong-menolong dan saling memberi rasa aman, ikatan solidaritas antarmanusia pun dapat semakin kuat. Bukankah kita sama-sama yakin bahwa jaminan hidup terbaik berasal dari keberkahan-Nya?