Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | [Cemburu] Perempuan yang Menjaring Awan di Bukit Kesepian

3 November 2018   07:00 Diperbarui: 3 November 2018   16:09 1180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mereka memeluk, menyelubungiku dengan gumpalan keemasan beraroma pisang. Hei! Aku bahkan tidak perlu memintal, menenun, dan menjahit, mereka telah menyatu dan menjadi jubah indah untuk menerbangkanku.

Empuk, dan lembut. Alih-alih terbang, aku malah meringkuk menikmati sejuk dan nyamannya jubah keemasan yang terbuat dari awan.

Aku larut dan hanyut. Di atas pohon oak, aku tertidur nyenyak.

Ringan, ringan, terbang.

Menyusul Bujang.

***

Belasan tahun kemudian ...

Kesepian yang sendirian, tidak lagi bergumul dengan kesedihan. Anak-anak sering berkunjung, bersama kakek dan nenek mereka. 

Kesepian kini sibuk bermain layang-layang, meniupi anak-anak dandelion, atau bergelantungan di dahan oak muda.

"Kakek, kenapa bukit ini disebut Bukit Kesepian?" Seorang anak laki-laki tambun bertanya pada kakeknya.

Wajah yang diliputi senja itu tersenyum. "Konon, ada seorang perempuan tua yang menjaring awan agar bisa terbang. Dia memanjat pohon oak tua di ujung sana." Jarinya yang tak lagi segar menunjuk ke utara. "Tapi, ketika sampai di puncak, dia kelelahan, tertidur, dan kehujanan. Tubuhnya yang penuh guratan dan cokelat tua membeku, mengeras, dan menyatu dengan pohon. Coba amati!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun