Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Badut yang Menangis di Bawah Hujan

6 Oktober 2018   07:59 Diperbarui: 8 Oktober 2018   17:17 2080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku menggeleng.

"Itu ..." Hening menunjuk wajahku.

Refleks, aku memegang pipi. Di tanganku, terlihat lunturan spidol yang kukenakan untuk menghias mata. Hujan mulai turun.

Aku panik. Menarik Hening berteduh di saung dekat taman.

Senja tidak hadir kali ini. Kelabu dan monokrom. Hanya aku dan Hening yang tetap memancarkan warna. Hangat, tertawa, menutupi rasa sakit kami, sendiri-sendiri.

Doaku sore ini, waktu dapat membeku mengabadikan kebersamaan kami.

"Baiklah, sudah hampir adzan Maghrib. Hujan sudah reda. Aku pulang dulu ya."

Aku patah hati seketika. Merengut. Hening malah tertawa.

"Jangan memasang wajah begitu. Kau selalu berhasil membuatku senang. Besok kita bertemu lagi."

Hening memasukkan sebungkus cokelat dariku ke dalam tas. Sementara mawar kuning dan putih, aman tergenggam oleh tangannya.

Hening melambai, "Assalamu'alaikum."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun