Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Capcaisin

1 Oktober 2018   07:33 Diperbarui: 3 Oktober 2018   15:50 3207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Pixabay

Lahan seluas satu hektar ini menjadi kuncinya.

Ratusan cabai telah dipanen, Cakra tumbuk sendiri sedari dini hari. Ketika panas capcaisin menusuk lidah dan perutnya, Cakra merasakan sergapan hawa tubuh Aura. Ya, raga perempuan yang lambat laun terurai di bawah rimbunnya belukar cabai merah.

Pada setiap kunyahan, kerling Aura hadir, membanjiri Cakra dengan endorfin yang memabukkan. Sel-sel Aura seolah menyatu dengan dirinya.

Dengan beringas, ratusan cabai itu ia lahap tanpa nasi putih, tempe, tahu, atau lalapan. Pada cabai ke-512, sesuai tanggal lahir Aura, tubuh Cakra memanas, semakin panas, memuncak, lalu perlahan menghangat.

Di alam dendam yang mencekam, bayangan Aura mendekapnya erat-erat.

Asmara mereka telah usai, tanpa pernah dimulai.

***

Cimahi, 30 September 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun