Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Fatamorgana (2) #7

20 September 2018   14:59 Diperbarui: 20 September 2018   15:23 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sama seperti real estate yang anti kemiskinan. Menguras air, listrik, dan ekosistem alami, sementara masyarakat di sekitarnya belum sanggup memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. 

Sulit disalahkan jika lantas, orang-orang bernasib buruk mencuri lahan dan menarik kabel listrik tidak karuan.

Sederhananya, proyek raksasa ini akan sangat menguntungkan, bagi pejabat kota dan pemodal besar. Hanya saja, tak terjangkau oleh jari-jari yang saat ini gemetaran di bawah jembatan, dan menengadah meminta belas kasihan.

Seperti mimpi-mimpi soal ujung pelangi. Jika nyata, maka ia akan abadi.

Satu urusan lagi, hingga aku benar-benar berlepas diri. Tanganku kelewat kotor untuk merawat kota ini. Aku butuh ruang. Menjauhkan benih kerusakan yang bertahun-tahun kutebarkan.

Mobil terparkir di garasi.

Kupandangi rumah bercat kelabu ini untuk terakhir kali. Dengan topi dan masker, aku menyembunyikan diri. Bersama tas abu-abu, berjalan lurus menuju barat daya. Menjadikan laut sebagai arah mata angin yang harus dijauhi.

Kusimpan jalan pulang di dalam saku, berwarna merah, berupa sepasang sendok dan garpu.

.... bersambung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun