Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Fatamorgana (1) #7

18 September 2018   09:28 Diperbarui: 18 September 2018   09:31 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ya, ada apa?"

"Tentang ... ayah kamu. Saya minta maaf," ujarku pelan. Saat ini aku yang tidak berani menatap matanya. Aku hanya menunduk, dalam. Memikirkan kata-kata selanjutnya. "Kamu boleh membenci saya. Pengecut sekali memang. Saya merasa dikejar-kejar dosa. Tapi percayalah, pemberian saya setelahnya bukan untuk membungkam kalian. Saya hanya ingin menebus..."

"Sudah, Pak. Penjelasan itu sia-sia belaka. Semua sudah lewat," jawab Neira dengan intonasi datar. Tidak mudah ditebak apa yang sesungguhnya ia pikirkan. "Saya hanya ingin bertanya satu hal."

"Ya, tanyakan saja."

"Mengapa indah pelangi begitu mudah pergi?"

Aku tersentak. Desiran lembut angin dhuha malah membuat bulu kudukku meremang. Proyeksi Gau berdiri di hadapanku. Tersenyum dan bertanya, "Menurutmu, apa jawabannya?"

Hanya beberapa detik hingga sosoknya menghilang dan kembali menjadi Neira. Kali ini, dia menatapku tajam. Lidahku kelu, namun kupaksakan untuk menjawab, "Karena...tidak nyata."

Tanpa diduga, Neira tertawa. Cerah. Awan di pelupuk matanya menyibak. Wajah paling tulus yang pernah dia tampakkan semenjak kami bertemu. Aku ikut tertawa, meski tidak tahu alasannya.

"Ayah saya juga menjawab hal yang sama. Sepertinya itu jawaban dari bapak-bapak ya," katanya ringan. Dia menganggapnya lelucon, tapi bagiku seperti ledakan bom. Siapa ayahnya?

"Neira, maafkan saya. Selama ini belum pernah berziarah ke makam ayah kamu. Boleh saya datang? Dimana?" tanyaku, berusaha tampak tenang.

Neira seketika menarik senyumnya, kembali muram. "Bapak benar-benar tidak tahu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun