Mohon tunggu...
N. Setia Pertiwi
N. Setia Pertiwi Mohon Tunggu... Seniman - Avonturir

Gelandangan virtual

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Gigi Bungsu dan Kopi Tanpa Gula

11 September 2018   11:52 Diperbarui: 11 September 2018   16:07 2288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hanya saja, cinta itu mulai retak kala Tiara menjadi begitu protektif. Ia paranoid terhadap pengkhianatan dan akhir suatu hubungan. Membuat Indra merasa terpenjara, lantas enggan memberi kepastian. Semua serba mengambang. Mulai dari alasan keluarga, hingga finansial yang belum mapan.

Aku termenung, cinta mereka tragis dan terlalu egois. Sang laki-laki memberi kepastian untuk perempuan yang memberinya kepercayaan. Sang perempuan, hanya mampu percaya jika telah diberi kepastian. 

Barangkali nanti, dengan awal seperti ini, Indra akan selalu menuntut kebebasan dan Tiara akan selalu dipenuhi kecurigaan. Terus saja blunder dan sungguh menyebalkan.

"Lalu mengapa kalian memutuskan menikah?"

"Keterpaksaan. Aku setuju melamarnya, agar dia berhenti meminta."

Aku menutup pembicaraan kami dengan tiga kata. "Kalian sudah gila."

Indra mengendikkan bahu, meminum kopi tanpa gula di hadapanku. Pahit luar biasa, tapi tidak ada perubahan pada ekspresinya. Aku rasa hidupnya sudah jauh lebih pahit daripada itu.

***

Di bawah langit selatan Jakarta yang jarang bertabur bintang, aku menjajari langkah Tiara. "Lepaskan saja. Tidak ada gunanya bertahan," kataku dengan tatapan lurus ke ujung jalan.

Tiara terkejut, bisa jadi karena kehadiran, atau karena kata-kataku barusan. Mungkin juga kombinasi keduanya. "A..apa maksudnya?" tanya Tiara terbata.

"Gigi bungsu. Katamu, sedang tumbuh kan? Lebih baik dicabut saja. Memang harus operasi, tapi tidak sakit kok. Lebih baik daripada impaksi dan mengganggu gigi lainnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun