Mohon tunggu...
Nurmitra Sari Purba
Nurmitra Sari Purba Mohon Tunggu... Programmer - Statistician

Menulis untuk mencerdaskan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Green Jobs: Bisnis Paling Menjanjikan di Abad 21

14 Februari 2021   17:54 Diperbarui: 15 Februari 2021   14:04 1035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Koaksi Indonesia

Berbagai isu lingkungan seperti climate change dan global warming sukses menjadi primadona dalam satu dekade terakhir. Berbagai program, kebijakan, dan teori yang terkait dengan pelestarian lingkungan pun bermunculan. Program yang bermunculan seringkali diawali oleh kata "green". Kita tentu pernah mendengar seperti green supply chain, green plastic bag, green audit, green city, green development, dan berbagai "green" lainnya. Tren "green" ini pada akhirnya juga melahirkan istilah Green Jobs.

Green Jobs adalah suatu penamaan (labeling) yang dilakukan ILO (International Labor Organization) untuk pekerjaan-pekerjaan yang tetap mempertimbangkan kelestarian lingkungan di mana lapangan pekerjaan terus diciptakan untuk pembangunan ekonomi, namun juga sangat mempertimbangkan pengurangan dampak negatif bagi lingkungan. Labeling ini dimaksudkan untuk menyadarkan masyarakat bahwa ada berbagai lapangan usaha yang secara bisnis menguntungkan dan secara lingkungan melestarikan.

Kondisi pandemi Covid-19 merupakan momentum yang tepat bagi banyak negara untuk meninggalkan model ekonomi intensif karbon ke arah ekonomi hijau. Di Indonesia, sedikitnya 3 juta orang telah kehilangan pekerjaan mereka akibat pandemi. Berkembangnya Green Jobs tentunya menjadi angin segar bagi sektor tenaga kerja Indonesia. Tingginya angka pengangguran yang kini mencapai 9,77 juta jiwa (Badan Pusat Statistik Indonesia, Agustus 2020) menjadi salah satu permasalahan besar Indonesia saat ini. Penyebab utama permasalahan pengangguran adalah lambatnya pertumbuhan sektor-sektor yang dapat menyerap banyak tenaga kerja, seperti sektor manufaktur yang hanya tumbuh 5.25% pada kuartal III tahun 2020.

Laporan dari World Economic Forum menunjukkan transisi hijau di tiga sistem sosio-ekonomi yaitu pangan, pemanfaatan lahan, dan laut; infrastruktur dan lingkungan buatan; serta energi dan industri ekstraktif dapat menghasilkan peluang bisnis senilai US$ 10,1 triliun dan lapangan pekerjaan sebanyak 395 juta pada tahun 2030. Sesuai dengan Glen Croston (2008) yang mengatakan bahwa green businesses (Green Jobs) merupakan bisnis yang paling menjanjikan pada abad ke-21.

Melihat tren dunia yang mulai membuka kesempatan besar bagi pekerjaan hijau, Indonesia perlu untuk meningkatkan kapasitas SDM lokalnya. Tanpa SDM lokal yang berdaya saing, partisipasi terhadap pekerjaan hijau akan sulit terwujud. Selain itu juga harus ada upaya untuk meningkatkan kesadaraan masyarakat tentang pekerjaan hijau, mendorong stimulus pengembangan ekonomi hijau, menyiapkan regulasi, mendorong lembaga vokasi untuk mengadopsi prinsip keberlanjutan, dan mendorong perusahaan untuk turut serta menciptakan lapangan kerja untuk Green Jobs.

Salah satu bentuk Green Jobs yang dapat menjadi solusi praktis di tengah hantaman pandemi Covid-19 yaitu ekonomi sirkular. Ekonomi sirkular menekankan kepada pemanfaatan sumber daya berulang kali dengan tujuan untuk mengurangi produksi sampah, emisi, serta energi yang dikeluarkan. Beralih ke sistem ekonomi sirkular akan memberikan keuntungan tidak hanya dalam menyerap tenaga kerja, tetapi juga akan mengurangi sampah dan polusi serta menjaga kelestarian alam. Data dari Kementerian Perindustrian tahun 2020 mengungkapkan industri daur ulang berpotensi menciptakan 1.000 perusahaan baru dan lebih dari 3 juta penyerapan tenaga kerja di seluruh Indonesia.

Ekonomi sirkular menggunakan konsep 5R, yaitu Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang), Recover (memulihkan), dan Revalue (memberikan nilai tambah). Sistem ini merupakan kebalikan dari sistem ekonomi konvensional yang umum kita gunakan dan pahami saat ini, yaitu take (mengambil), make (membuat), dan waste (membuang).

Dari segi ekonomi, konsep ini menggunakan hasil buangan (waste) dari proses produksi sebelumnya atau pelaku ekonomi lainnya yang akhirnya mampu menekan biaya pengolahan limbah secara global. Misalnya, membuat kerajinan seperti tas atau dompet dari plastik deterjen atau bungkus minuman bubuk. Pengrajin tidak perlu lagi membeli bahan baku mentah. Ini dapat menghemat biaya produksi sekaligus mengurangi sampah buangan rumah tangga.

Siti Restamti, Daur Ulang Kaleng Bekas Jadi Ladang Bisnis Kreatif. Sumber gambar: Radar Solo
Siti Restamti, Daur Ulang Kaleng Bekas Jadi Ladang Bisnis Kreatif. Sumber gambar: Radar Solo

Dari segi sosial, konsep ini dapat menciptakan kesempatan kerja baru, mendorong peran aktif masyarakat, serta menciptakan sistem penggunaan barang dan jasa secara kolektif yang lebih efisien dibandingkan secara individu. Misalnya, sharing economy yang kini makin marak seperti jasa sewa peralatan bayi atau sewa baju sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun