Mohon tunggu...
Nur RizqyaC
Nur RizqyaC Mohon Tunggu... Penulis - penulis

.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film Dokumenter "In The Name of God: A Holy Betrayal" Episode 3

7 Maret 2023   12:51 Diperbarui: 7 Maret 2023   12:59 747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kisah nyata dalam Series Netflix ini masih berlanjut. Bagian terakhir dalam kasus Jeon Myeong Seok (JMS) ternyata masih menyimpan kisah kelam. JMS tanpa takut masih melakukan kejahatan seksual atas nama Tuhan pada setiap pengikut wanitanya. Hingga ia berhasil ditangkap oleh para polisi Tiongkok. Berita ini tentu saja cukup membuat para anti-JMS menyambutnya dengan gembira, mengira bahwa penderitaan para korban bisa terbayarkan.

Sayangnya pemulangan JMS ke Korea tidak membuatnya mengakui semua dakwaan yang ditujukan padanya. Ia terus menyangkal bahwa ia menyebut dirinya sebagai Mesias ataupun Yesus. Dia hanya mengakui dirinya sebagai pendeta dari sebuah gereja.

Pernyataan ini justru membuat para pengikutnya bingung. Mereka yang memberikan hati dan cintanya hingga memilih tidak menikah hanya untuk menjadi pengikut setia JMS adalah karena mereka percaya JMS adalah seorang Mesias, Tuhan mereka. Penolakan ini banyak membuat pengikutnya frustasi, bahkan ada yang sampai bunuh diri karena pengakuan JMS. Ada juga yang akhirnya mempertanyakan pengakuan JMS dan memilih untuk keluar dari ajaran agama ini.

Tuntutan dan dakwaan para korban akhirnya membuat JMS mendapat vonis penjara selama 10 tahun. Namun selama itu juga tidak menghentikan adanya praktek ajaran sesat ini. Bahkan foto seksi yang dulu dilakukannya saat melarikan diri masih bisa dilakukannya saat JMS dipenjara. JMS juga masih bisa merekrut pengikut baru dengan para pengikut setianya dengan dalih bahwa JMS sedang melakukan penebusan dosa untuk para manusia seperti yang Yesus lakukan agar umat manusia lebih baik dan apa yang media katakan adalah bohong. 

Begitulah JMS berhasil memperoleh banyak pengikutnya hingga ia dibebaskan pada tahun 2018. JMS memulai lagi kegiatan agamanya dan kegiatan seksualnya sejak saat itu. Para wanita yang mengalami pelecehan dan kekerasa seksual hanya berfikir bahwa itu adalah kewajiban yang memang harus dilakukannya. Tuhan sedang membersihkannya, mencusikannya. Lingkaran setan yang terus berputar dari korban menjadi pelaku.

Semenyeramkan itu pencucian otak yang dilakukan JMS dan pengikutnya membuat para korban tidak bisa membedakan hal yang benar dan salah. Hanya karena hal itu dikatakan oleh JMS mejadi hal yang dianggap benar. Bahkan jika hati nurani merasa itu salah, para korban tidak akan berani untuk menolak karena tuhan akan memasukkannya kedalam neraka. Berakhir dengan menyalahkan dirinya sendiri Mengapa tidak suka saat dicintai Tuhan?

Sejak tahun 1999 saat korban mulai bermunculan, JMS baru bisa diadili pada tahun 2009 dan sudah dibebaskan pada tahun 2018. Selama tahun bebasnya justru JMS masih melakukan kekerasan seksual yang membuat korban baru akhirnya kembali bersuara pada tahun 2022. Hal ini patut disayangkan, karena pelaku berkeliaran dan para korban baru pasti semakin bermunculan. Namun sekali lagi, butuh cukup keberanian untuk bersuara melawan ketidakadilan yang menyangkut diri sendiri. Para korban harus menghadapi traumanya sendiri sebelum berani bersuara dengan catatan hidupnya tidak lagi aman, mendapatkan teror hingga menyebarnya informasi pribadi. Tapi jika diam, bukankah horban semakin banyak? Akhirnya tetaplah sama, penyesalan. 

Film ini mengejarkan diri sendiri dengan melihat pengalaman orang lain bahwa tidak ada hal baik dalam mencintai berlebihan.  Fanatisme hanya menjadi racun yang akan semakin menggerogoti diri sendiri. Keuntungan hanya ada pada mereka yang mengendalikan. Para pengikut yang belum sadar cepat atau lambat hanya akan mengalami kerugian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun