Mohon tunggu...
Rita Kurniawati
Rita Kurniawati Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Jadikan ikhtiar dan tawakal sebagai katalis untuk mempercepat laju kesuksesan kita

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Segenggam Doa dan Harapan dalam Kumandang Takbir

23 Mei 2020   21:29 Diperbarui: 23 Mei 2020   21:27 445
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : Foto pribadi

Allahu Akbar .... Allahu Akbar .... Allahu Akbar... Laailahailallahu wa Allahu Akbar... Allahu Akbar walillahilhamdu...

Seiring gema takbir berkumandang, menutup bulan suci yang penuh dengan kemuliaan dan keberkahan, menyambut datangnya hari yang fitrah. Idul Fitri hari yang dinanti oleh setiap muslim merupakan hari kemenangan setelah satu bulan kita berpuasa menahan segala godaan dari lapar, dahaga, nafsu dan amarah. 

Ada yang berbeda pada Idul Fitri tahun ini, situasi dan kondisi yang sedang dialami oleh dunia, pandemi yang belum juga berakhir sementara bulan Ramadhan telah berakhir. Namun, hati dan doa - doa kita berubah justru bertambah . Ada nuansa haru, pilu, bahkan takut yang menyertai saat mengumandangkan takbir. Haru, karena atas segala nikmat dan karunianya kita masih bisa menikmati hari kemenangan ini dalam keadaan sehat, sementara di luar sana masih banyak saudara - saudara kita yang sedang berjuang melawan  covid - 19. Pilu, rasanya tak ingin meninggalkan bulan Ramadhan dengan segala kemuliaan dan keberkahannya, rasanya belum cukup ibadah kita selama satu bulan ini, karena terkadang kita masih banyak mengeluh bahkan lalai, rasanya masih ingin menikmati keindahan Ramadhan ini. Takut, akankah kita bertemu kembali pada Ramadhan - Ramadhan berikutnya? perasaan takut ini mencampuri rasa haru dan pilu, karena belum tentu di tahun - tahun berikutnya kita akan bertemu dan merasakan kembali nikmatnya Ramadhan. 

Saat takbir dikumandangkan, mengagungkan segala kebesaran - Nya, rasanya tak cukup ribuan kali mengumandangkan takbir sebagai rasa syukur atas segala kebesaran - Nya, karena kita hanyalah makhluk yang sangat kecil dihadapan - Nya. namun tnpa kita sadari, selama ini kita lebih banyak 'takabur' dari pada 'tasyakur'. Padahal tak hentinya Allah SWT. menyerukan kita untuk selalu bersyukur, bahkan dalam surat Ar - Rahman " maka nikmat manakah yang akan engkau dustakan " sebanyak 31 kali ayat ini berulang - ulang. Hal ini memberikan isyarat kepada kita hamba - Nya yang beriman bahwa nikmat Allah SWT begitu banyak dan bukan tanpa syarat, yaitu taat kepada peintah - Nya, selain bersyukur sebagai lambang penerimaan nikmat dengan baik tanpa membuang daya juang kita dalam menghadapi aral hidup yang melintang. 

Saat kita mengumandangkan takbir, tak terasa hati kita terasa riuh dan lirih dengan segenggam doa yang kita panjatkan, doa untuk diri kita sendidri, keluarga, saudara, sahabat, dan kerabat, bahkan dunia semoga pandemi ini segera berakhir, tak harus pakaian yang baru namun hati kita yang baru dari diri yang berlumur dosa, semoga kita semua kembali ke fitrah selayaknya anak yang baru dilahirkan.

Karena sejatinya doa adalah sebab utama seseorang untuk meraih impian dan harapan, pada hakikatnya doa adalah kebutuhan kita sebagai hamba yang selalu bergantung pada sang pencipta. Semakin kita sering berdoa, maka kita akan semakin dekat dengan sang Khalik. Sebagaimana firman - Nya :

" Dan apabila hamba - hamba - Ku bertanya kepadamu ( Muhammad )tentang Aku  (jawablah ), maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang - orang  yang berdoa apabila dia berdoa kepada - Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi ( perintah ) - Ku dan beriman kepada - Ku agar mereka memperoleh kebenaran . " ( Q.S Al - Baqarah : 186 )

Dalam setiap doa dan harapan dalam kumandang takbir, tak terasa air mata pun turut berlinang, teriring ungkapan rasa rindu kita. Rindu pada orang - orang yang kita cintai yang tak bisa berkumpul dengan kita, rindu pada orang - orang yang telah meninggalkan kita, karena sang Khalik elah memanggilnya terlebih dahulu, rindu pada Rasul - Nya yang mungkinkah kita akan dipertemukan kelak di Syurga - Nya, bahkan rindu pada sang Maha pencipta, yang selama ini sering kita duakan karena kebutuhan duniawi kita. 

Setelah Ramadhan usai, apakah kita bisa menjadi semakin berhati - hati agar tidak berbuat dosa? mampukah kita menjaga diri agar senantiasa memilih jalan selamat dan tidak tertusuk duri maksiat ?. Puasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga semata, justru tujuan akhir dari puasa itu sendiri adalah menjadi pribadi yang bertakwa. 

Semoga Idul Fitri kali mengajarkan kita menjadi insan yang ikhlas, sabar, tawakal, dan tentunya selalu bersyukur. Sehingga kita menjadi insan yang lebih baik yang layak disebut sebagai 'orang - orang yang beriman '

Kami sekeluarga menghaturkan " Taqabalallahu minna wa minkum " 

Minal Aidin wal faidzin, mohon maaf lahir dan bathin. 

Wallahu A'lam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun