It's not just about a film. It's about co-signing a genocide.
Beberapa hari yang lalu, kita sempat dihebohkan dengan rilisnya film Mulan (2020) melalui Disney Plus. Namun nggak cukup sampai di situ, media juga lagi-lagi dibuat ramai dengan seruan untuk memboikot film ini. Memangnya kenapa sih? Apa yang salah dengan film ini?
Nah, sebagai seseorang yang juga mengagumi kisah Hua Mulan, saya ingin mencoba untuk menyimpulkan berbagai informasi yang saya dapat ke dalam satu artikel ini. Selamat membaca!
Sedikit Tentang Mulan
Mulan atau Hua Mulan adalah salah satu tokoh utama kisah klasik Tiongkok yang sempat difilmkan pada tahun 90-an. Keputusan Disney untuk menghadirkan live action dari kisah ini menghadirkan antusiasme yang besar dari masyarakat luas, termasuk saya sendiri. Namun ternyata kehadiran film ini juga menimbulkan berbagai kritik hingga ajakan untuk memboikot Mulan melalui hashtag #BoycottMulan. Namun bagaimana semua ini bermula?
Kronologi Singkat Munculnya Ajakan untuk Memboikot Mulan
Menurut The Guardian, ajakan untuk memboikot Mulan pertama kali muncul pada Agustus 2019 ketika Liu Yifei, pemeran Mulan, menunjukkan supportnya secara terbuka kepada polisi Hong Kong melalui media sosial China, ia menulis "Aku juga mendukung polisi Hong Kong. Kalian bisa menyerangku sekarang."
Pernyataan tersebut mengundang kontroversi sebab saat itu Polisi Hong Kong dianggap telah melakukan kekerasan yang berlebihan terhadap aktivis pro-demokrasi untuk memadamkan protes mereka terhadap pemerintah China.
Selain itu, beberapa bagian dari film ini dibuat dengan setting tempat di Xinjiang China, yang merupakan tempat dimana masyarakat Muslim Uighur mengalami cultural genocide atau genosida budaya. Di Xinjiang, lebih dari satu masyarakat Uighur ditahan dalam kamp-kamp massal dengan dalih untuk pelatihan dan pencegahan terorisme. Padahal dalam beberapa laporan yang lain, masyarakat Uighur diperkirakan mengalami berbagai penyiksaan, indoktrinasi politik, hingga kerja paksa.
Dalam kredit film Mulan, Disney secara terbuka mengucapkan terima kasih kepada beberapa entitas pemerintah Xinjiang, termasuk Publicity Department of CPC Uyghur Autonomy Committee yang merupakan Departemen Propaganda Partai Komunis Tiongkok (PKT) serta Biro Keamanan Publik di Turpan, wilayah yang juga merupakan tempat di mana masyarakat Uighur dan minoritas lainnya dimasukkan dalam kamp doktrinisasi. Disney kini mendapat berbagai kritikan karena dianggap telah secara sengaja mengabaikan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh PKT dengan tetap menjalin kerjasama dengan mereka.