Mengetahui andragogi menjadi aksentuasi bagi seorang animo untuk mengetahui segala hal yang belum di ketahui.
Berbagai sumber mulai dari yang aposteriori ataupun apriori menjadi suatu yang menjadi atributif adanya percakapan yang estetik di malam hari, ada yang sedang sibuk dengan merekonstruksi ada yang sedang konsolidasi atau rekonsiliasi.
Selalu ada diskursus yang menyenangkan mengenai diversifikasi yang menyebabkan dikotomi yang sangat menarik untuk di elaborasi dengan secangkir kopi.
Berbagai interpretasi terlihat dengan nurani intelektual dengan berbagai paradigma yang di bangun mulai dari premis-premis yang membutuhkan presisi.
Oleh karenanya malam menjadi bukti tempat berpikir tidak akan terjadi stagnasi. Dan hal ini tidak sporadis melainkan menjadi suatu semiotik.Â
Semiotik yang mengaktifkan imajinasi menanti ekskatologi dalam ruang sempit, jernih menjadi keruh, keruh menjadi jernih. melambangkan keberagaman sebab keberagaman etiknya kerukunan.Â
Malam mentransformasikan keadaan agar diskursus takkan pernah usai, di lalui sebuah pertanyaan paling dasar, hingga lebih mendasar mengupayakan hakikat sampai dengan telos.Â
Mendelegasikan telos artinya selesai lah pikiran, karena tak ada satu pun kekuatan yang bisa menghentikan pikiran.
Karena itu Oase menjadi momentum disorientasi yang pedagogis