Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Festival Sega Wiwit Simbol Syukur Damai

19 November 2016   15:37 Diperbarui: 19 November 2016   21:30 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sega Wiwit (dok. pribadi)

Ini masih bagian dari oleh-oleh Hari Pangan Sedunia (HPS) 2016. Panitia mengadakan festival sega wiwit yang diikuti oleh perwakilan kelompok tani di Kabupaten Boyolali. Sungguh meriah dengan peserta mencapai ratusan. Berhubung tidak mengikuti acara secara penuh, apakah diadakan arak-arakan selama proses penjurian dan kelompok mana pemenangnya. Posting-an ini lebih sebagai pengingat semangat yang melandasi festival, pun upaya meneruskan nilai kearifan lokal dari sega wiwit.

Kelengkapan uba rampe sega wiwit ditata dengan artistik pada tempat yang disebut jodang (seperti meja dari bilah bambu). Kreativitas peserta festival tecermin dari keanekaan cara menyusun pun kelengkapannya. Ada tumpeng merah putih, ada ani-ani alat panen padi tradisional, aneka penganan jajan pasat, menghadirkan aneka simbol Dewi Sri. Busana para peserta pun sangat beragam, aneka lurik, ada batik, iket udheng yang semarak.

Masa kecil kami, begitu padi menguning keemasan, keceriaan seolah tercurah di kawasan masyarakat. Teriakan penghalau burung ditingkah suara plok-plok... tepukan bilah bambu maupun anggukan wong-wongan (orang-orangan) sawah menjadi salah satu hiburan menarik. Secara arif, petani mengerti bahwa keluarga burung emprit juga membutuhkan pakan dengan cara menotol malai padi. "Hai burung emprit, ayok sudah cukup ya, keluarga kami di rumah (yang berukuran besar versus badanmu) juga butuh makan…."

Saatnya petani melakukan ‘nyulik’ bagian dari sampling mengetahui tingkat kematangan padi. Bila semuanya sudah siap petani akan mulai panen, diawali dengan memboyong sang pengantin padi ke ruang tengah alias (senthong tengah) posisi yang disakralkan dalam rumah Jawa. Pengantin padi beserta panenan perdana, bulir bernas dari malai mengemas akan disimpan sebagai benih penanaman berikutnya. [variasi acara unik di Temanggung dengan primadona si emas hijau tanaman tembakau yang diarak adalah sepasang pengentin tembakau]

Panen adalah saatnya petani bersuka ria, mengucap syukur atas anugerah Sang Maha Pemurah, mengawali wiwit panen padi, keluarga petani membawa bancakan, makanan dari rumah di bawa ke sawah. Aneka wujud dari tumpeng, sega golong, urap pun ingkung ayam wutuh. Setelah acara doa syukur, petani beserta kerabat dan tetangga saling berbagi. Nasi tumpeng dibagikan, ingkung wutuh di’cuwil’. Mari bersama bersuka syukur, mengambil dari suatu kesatuan tumpeng dan ingkung. Alam sebagai sahabat para petani juga mendapat bagian, setiap sudut empat arah mata angin mendapat kembang setaman, pun sisa dedaunan alas makanan dan tulang didaur ulang dalam tanah.

Memaknai kekinian sega wiwit dari simbol syukur damai. Damai syukur kepada Sang Juru Damai, melalui doa, simbol tumpeng yang mengerucut ke atas. Tumpeng…tumuju mring Pangeran (mengandalkan pertolongan Tuhan). Damai syukur dengan sesama, berbagi rezeki dari kesatuan tumpeng dan ingkung, kesatuan dan persatuan dalam kebersamaan. Damai syukur dengan alam, mari memelihara alam dengan mengembalikan yang bukan hak kita, memberi makan kepada mikroba tanah, serikat pekerja yang tanpa lelah membantu petani melalui kesuburan tanah.

Senang sekali dengan pelestarian tradisi sega wiwit ini. Kearifan lokal yang membuhul tri damai syukur kepada Tuhan, sesama dan alam. Terasa ada benang merah dengan hakekat Tri Hita Karana yang menjadi semangat jiwa para sedulur di Pulai Bali. Betapa kita tidak bersyukur…bertanah air kaya dan makmur…semoga.

[mohon maaf bila terlalu banyak istilah bahasa daerah Jawa yang disertakan]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun