Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Kue Bulan, Menawan dan Sarat Makna

16 Januari 2023   19:46 Diperbarui: 16 Januari 2023   20:08 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kue Bulan (dokumen pribadi)

Makanan adalah buah karya budaya. Tidak hanya mengenyangkan secara fisik. Menyajikan keindahan yang memanjakan indera penglihatan. Sekaligus memberi nutrisi kepada jiwa melalui filosofi yang diembannya.

Setiap komunitas di berbagai belahan bumi memiliki penganan yang unik. Entah kudapan ringan hingga sajian utama terkait dengan kesukuan hingga identitas bangsa. Membaurkan ekologi kealaman dan nilai kultural budaya dalam tradisi.

Salah satunya adalah Chinese Food, kuliner yang akrab bagi lidah masyarakat Asia. Tidak hanya rasa dan rupa, sekaligus kaya sejarah. Merangkum cerita dan budaya dalam makna.

Kue bulan alias mooncake biasanya hadir pada festival pertengahan musim gugur (Mid Autumn Festival). Hari penting selain Imlek bagi masyarakat di Tiongkok. Meluas hampir ke wilayah Asia Timur hingga Tenggara. Kue ini juga muncul dalam sajian perayaan Imlek.

Menurut penuturan dan bacaan, awalnya kue bulan ini sebagai hantaran persembahan kepada Dewi Bulan. Termaktub makna kesetiaan, sebulat hati dan keabadian. Mewujud dalam rupa kue nan bundar dengan dekorasi yang elok.

Tersirat makna ekokultural pada sekeping kue bulan. Terekat tradisi budaya yang menautkan antar generasi. Akar budaya yang tidak tercerabut oleh perubahan zaman. Andai ada adaptasi wujud pun cara tidak mengikis arti filosofi.

Tampilannyapun kian bervariasi. Tidak hanya kuning keemasan keluar dari pemanggangan. Ada hijau pandan hasil pengukusan. Transformasi seiring dengan pelaku tradisi.

Aneka rasa berkembang dari kacang merah dan biji lotus atau teratai khas wilayah asal. Intinya kuning telur membulat keemasan. Kini meluas antara gurih hingga rasa segar buah. Melebur antara kuliner tradisi dan sisi keperluan bisnis mendekati minat pelanggan.

Tersedia mulai dari kedai lokal khusus. Merebak ke gerai pasar swalayan pun pusat oleh-oleh. Tidak malu dan tampil cantik di pajangan dagangan bandara internasional. Bukan lagi produk lokal.

Juga merengkuh tradisi pengucapan syukur atas panen yang melimpah di musim panas. Pernyataan khas masyarakat agraris. Disusul musim gugur petani bersiap beberes lahan.

Ornamen musim gugur dilekatkan pada dekorasi. Paduan daun, bunga pun kelinci. Kesatuan flora dan fauna sahabat petani dan manusia pada umumnya.

Saat musim dingin lahan sejenak beristirahat. Hanya jenis tumbuhan tertentu yang mampu bertahan secara alami. Mempersiapkan energi bagi musim semi. Siklus energi bumi dalam satu warsa atau tahun.

Terasa benang merah kesamaan tradisi syukur panen antar bangsa. Masing-masing mengambil rupa sesuai kondisi ekologi kealaman dan budaya setempat. Ekolultural kelokalan yang mengglobal. Terkandung harapan harmoni antara alam fisik dan hayati dengan manusia sebagai pengelolanya.

Menimang kue bulan mengenang tradisi karya budaya. Mengerat bulatan mooncake menyatakan menjadi bagian kesatuan antar suku bangsa. Mencicip kelezatannya, bersama mensyukuri berkah alam dan tradisi yang melingkupi keseharian kita. Salam harmoni.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun