Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mantra Asmara Dahana dalam Pernikahan

22 Februari 2021   08:48 Diperbarui: 22 Februari 2021   10:27 1819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kehidupan manusia meliputi aneka periode dari kelahiran hingga kematian. Salah satu tahapan sakral dalam kehidupan manusia adalah memasuki bahtera pernikahan. Bukan kewajiban, namun suatu panggilan yang sama pentingnya dengan panggilan tugas kehidupan yang lain.

Aneka istilah untuk menegaskan ari tumpak kasih itu. Hari deklarasi penyatuan kasih sayang pasangan antara laki-laki dengan perempuan. Makna bagi orang tua maupun pasangan yang berbahagia.

Raja dan Ratu sehari, ungkapan bahagia bagi sang pengantin. Deklarasi kemandirian sebagai keluarga baru. Memasuki gerbang kehidupan yang baru dengan tanggung jawab penuh. Ibarat anak burung, ada saatnya belajar terbang pun ada saatnya belajar membangun susuh sendiri.

Mengentaskan, demikian dharma bagi orang tua. Ada saatnya belajar meloloh pakan, pun melepas mereka membentuk sarang baru. Mantu, berasal dari ungkapan yang dieman-eman metu. Seorang anak yang sangat disayang dilepaskan untuk membentuk tatanan baru.

Mangayubagya pawiwahan, deklarasi perhelatan untuk membangun kesan agung sakral. Lantunan doa dengan dukungan kerabat. Pilar sosial yang menopang pernyataan keluarga baru.

Mantra Asmara Dahana

Salah satu tembang yang biasa dilantunkan oleh pembawa acara pernikahan dengan adat budaya Jawa adalah sekar Asmarandana. Kala dahana (api) asmara (cinta) asmarandana menabuh gambuh - melebur ego - merekat cita. Mari berpandukan pada garan pusaka seturut tembang macapat asmarandana ini.

Laiknya sepasang sayap induk burung merengkuh sepasang kepala teruna burung di hadapannya. Tiada kata yang terucap, tersekat di relung, hanya batinnya mendaras puja puspa asmara dahana.

Gegaraning wong akrami
Dudu bandha dudu rupa
Amung ati pawitane
Luput pisan kena pisan
Yen gampang luwih gampang
Yen angel angel kelangkung
Tan kena tinumbas arta

Terjemahan bebasnya: "Pegangan orang  membangun rumah tangga, bukan harta ataupun rupa. Hanya hati modalnya. Gagal ataupun berhasil, ya hanya sekali kesempatan. Jika mudah sangatlah mudah, bila sulit amatlah sulit. Tidak terbeli oleh uang".

Sering dengan bercanda pendengar memaknai secara lugas lirik amung ati pawitane. Hanya bermodalkan hati atau ada yang mengubahnya asal ada cinta. Cukuplah sebagai modal.

Bukan cukup namun mencukupkan. Mencukupkan menaut makna penerimaan bagian syukur. Upaya sepenuh jiwa agar cukup dan memenuhi. Beberapa pemaknaan, amung ati (hanya hati) sebagai modal:

Sepenuh hati. Saat penantingan jelang peneguhan pernikahan. Bersediakah anda A menerima B sebagai suami dan B menerima A sebagai isteri? Jawaban ya dengan 99 persen hati, alamak pernikahan urung dilakukan. Ya dengan sepenuh hati.

Salah satu komponen dekorasi pada adat budaya Jawa dalam pernikahan adalah batang tebu dan cengkir, kelapa sangat muda. Perlambang tebu antebing kalbu alias hati yang mantab dan cengkir kencenging pikir (akal budi yang teguh). Semua terangkum dalam racikan tuwuhan alias tumbuhan.

Mari disimak: Doa dalam Sehelai Daun Kluwih

Menyatukan hati. Menyatukan dua hati bahkan dua keluarga bukan berarti menghilangkan identitas pribadu. Saling memaksakan kehendak bukan bagian dari menyatukan hati. Harmonisasi langkah menuju tujuan yang sama

Hati-hati. [Luput pisan kena pisan. Yen gampang luwih gampang. Yen angel angel kelangkung] sesuatu yang sangat rapuh diperlakukan dengan sangat hati-hati. Mengayuh bahtera rumah tangga mengarungi samudera kehidupan. Kebahagiaan, keutuhan keluarga adalah sesuatu yang sangat berharga. Tan kena tinumbas arta. Tak terbeli oleh uang berapapun.

Mendengar lantunan tembang Asmarandana layaknya mendengarkan mantra. Terasa nyirep (menghisap meneduhkan) sekaligus merbawani (menebar aura wibawa). Penyiapan dan penerimaan tanggung jawab berumah tangga secara total.

Wasana Basa

Tembang macapat Asmaranda ini bagian dari tahapan penyiapan keluarga baru. Pemaknaan pembelajaran dari adat budaya yang kompleks. Penggunaan perlambang dan simbol kebendaan maupun ujaran. Nasihat tanpa kesan menggurui, melengkapi upaya persiapan menikah bagi sahabat Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun