Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Seni Memanen Air Hujan

9 Januari 2021   18:33 Diperbarui: 10 Januari 2021   04:18 1704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konservasi situ/rawa (dok pri)

Setiap waktu memiliki musimnya. Desember Januari puncak musim hujan. Tentunya dibarengi berkat panen air hujan, layaknya hujan berkat tercurah. Mari belajar seni memanen air hujan (rain water harvesting).

Hujan merupakan peristiwa alam bagian dari siklus air. Uap air di atmosfer mengalami serangkaian proses kemudian tercurah ke permukaan bumi sebagai kucuran air hujan. Hujan menjadi sumber air bagi kehidupan ciptaan di bumi.

Curahan hujan yang menimpa permukaan bumi mengalami pergerakan yang berbeda. Pergerakan memasuki permukaan bumi, semakin ke lapisan bawah mengisi cadangan air bumi. Sebagian yang tidak tertampung oleh kapasitas akan mengalir di permukaan menjadi limpasan permukaan, mencari jalan alirannya.

Menyadari bahwa air hujan adalah berkat pemeliharaan, manusia melakukan upaya memanen air hujan. Memaksimalkan fungsinya dalam kehidupan. Aneka model pemanenan air hujan. Ini sebagian modelnya.

1. Menampung air hujan dalam wadah terbatas

Ini model memanen air hujan dengan cara paling sederhana. Teringat saat kecil, saat hujan bagian dari saat yang dinanti. Kami akan menampung air hujan dalam ember untuk keperluan mandi dan cuci. Lumayan mengurangi tenaga menimba air dari sumur. Saat itu air PDAM belum menyentuh daerah kami.

Caranya pun sangat sederhana. Menampung air hujan yang jatuh dari atap genteng rumah kami. Ibu selalu mengingatkan untuk tidak langsung menampung air hujan di saat awal hujan turun. Air hujan biarkan mencuci debu dan aneka kotoran dari genteng. Ditandai setidaknya melalui partikel kecil yang terikut.

Air hujan kami endapkan. Bagian atasnya untuk mandi dan mencuci perkakas maupun baju. Masih terasa sulitnya mendapatkan rasa kesat, seolah licin bekas sabun tetap menempel di badan maupun baju cucian.

Nah bila masa kecil kami cukup memanen air hujan di ember, beberapa daerah lain sangat konsen untuk memanen air hujan. Bahkan menyimpannya dalam wadah yang lebih besar mulai dari drum, penyimpan air besar berbahan plastik hingga stainless steel.

Sangat menarik mengamati dan belajar dari masyarakat daerah karst memanen air hujan. Karakter daerah karst, meski sumber air hujan lumayan melimpah, namun tanah tidak mampu menyimpannya di permukaan. Air hujan yang masuk ke tanah segera menerobos masuk ke lapisan bawah yang sulit dijangkau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun