Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Salin Rupa Undangan Pernikahan, dari "Marah" hingga "Bala Ombyokan"

16 Januari 2020   21:27 Diperbarui: 17 Januari 2020   17:08 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi undangan pernikahan| Sumber Pixabay/mcmike

Hingga yang dirancang khusus dengan harga khusus pula. Kreativitas yang mendulang rezeki. Kartu undangan menjadi penciri pengundang.

Wedding passport | Sumber: Weddinginvitationdesigner.com
Wedding passport | Sumber: Weddinginvitationdesigner.com
Ukuran kartu mulai dari mini hingga sebesar gaban. Teman yang bekerja di imigrasi, membuat undangan layaknya buku paspor. Pasangan yang bekerja di perfilman membuat undangan mirip skenario film dengan clapper board.

Petugas "marah" digantikan oleh petugas profesional lain. Nah, ikutannya "tonjokan" juga lebih jarang berkunjung. Namun untuk undangan tertentu tetap disertakan "tonjokan" kekinian. 

Bentuknya tidak sebaku dahulu, kemasan menjadi lebih indah kreatif. Semisal kue hantaran ataupun lauk tertata apik.

Ada kalanya petugas "marah" adalah Pak Pos, mas kurir jasa hantaran. Mungkin juga ada ya "tonjokan" apalagi kalau berupa tiket pesawat agar kita bisa hadir di acara pernikahan pengundang. Sungguh nonjok euy.

Era Undangan Digital Bonus Rasa "Bala Ombyokan"
Digitalisasi merambah ke segala aspek, termasuk urusan undangan pernikahan. Tanpa mengurangi rasa hormat, kita bisa mengirim foto undangan dengan nama beliau secara personal.

Mengirimkannya melalui surat elektronik. Bahkan kini era WA menjadi petugas "marah" mewartakan undangan pernikahan.

Undangan pernikahan digital | Sumber: beautynesia.id
Undangan pernikahan digital | Sumber: beautynesia.id
Kadang-kadang kolom penerima undangan juga tidak bersifat personal. Kepada teman-teman divisi A yang isinya banyak orang. Atau kepada keluarga besar Eyang Kasih Sukacita. Entah yang akan hadir sepasang Eyang atau lengkap dengan anak cucu.

Bergeser undangan personal menjadi grup. Salin rupa dan rasa "bala ombyokan" dalam kawanan atau kumpulan. Tidak perlu galau tidak disebut nama secara khusus. Tentunya juga diperhitungan untuk penyambutan saat resepsi, agar tidak berabe persediaan pendukungnya.

Apapun pilihan kita, sah-sah saja. Utamanya adalah negasi pernyataan syukur sukacita sekaligus permohonan doa restu apalagi melalui kehadiran.

Sekilas merunut dinamika undangan pernikahan. Salin rupa undangan pernikahan, dari "marah" hingga "bala ombyokan".

Catatan: diwarnai dengan adat budaya Jawa. Tentunya setiap wilayah memiliki kekhasan adat budaya dalam undangan pernikahan. Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun