Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Jagung Srikandi dan Bima Merawat Kecerdasan Anak Bangsa

30 November 2019   00:22 Diperbarui: 30 November 2019   14:34 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Release jagung QPM di Pakistan (cimmyt.org)

Srikandi adalah istri dari Raden Harjuna, satriya Pandawa. Keutamaan sifatnya merangkum pemberani, membela kebenaran dan tangkas olah keprajuritan. 

Sebutan Srikandi juga dilekatkan kepada kiprah perempuan Indonesia yang unggul pinunjul di bidang yang ditekuninya.

Bima sebagai urutan kedua dalam Pandawa. Jagad pewayangan menyebutnya Werkudara kakak Harjuna. Karakternya dahsyat, tidak suka basa-basi apalagi menjilat ludah sendiri alias setia dengan ucapannya.

Nama Srikandi dan Bima juga disematkan kepada varietas jagung di Indonesia. Jagung khusus dengan kandungan asam amino esensial lysine (lisin) dan tryptophan (triptofan) yang tinggi.

Lisin dan Triftofan termasuk asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh. Namun secara alami  manusia tidak mampu memproduksinya. FAO menyarankan jumlah minimal lisin dan triftofan yang berkisar 0,4% dan 0,1%.

Jagung Srikandi dan Bima dirakit kaya lisin dan triptofan. Memiliki misi unggul merawat kecerdasan anak bangsa. Mari simak narasinya.

Peduli Nutrisi Balita
Awal abad ke 20, cukup banyak masyarakat yang mengandalkan jagung sebagai sumber pangan utama. Semisal Amerika Tengah, Amerika Selatan, Afrika dan beberapa negara di Asia. Kandungan karbohidrat yang tinggi mencukupi prasyarat pangan.

Namun jagung juga memiliki keterbatasan dalam kualitas gizi. Rendahnya beberapa asam amino penyusun protein yang vital. Niacin komponen vitamin B3 terikat dalam senyawa kompleks yang sulit tercerna.

Suku Aztec menerapkan pengetahuan lokal dengan menambahkan kapur saat memasak jagung. Suasana alkalin oleh penambahan kapur, merombak senyawa kompleks sehingga niacin menjadi tersedia. Cara yang senada dengan di wilayah Indonesia, yaitu menambah enjet atau kapur sirih.

Lembaga di bawah PBB, yaitu FAO, WHO dan UNICEF mengangkat isu peduli nutrisi balita. Jutaan anak-anak yang mengkonsumsi jagung sebagai pangan utama tanpa imbangan protein yang memadai ditengarai menderita malnutrisi.

Diperlukan langkah kreatif-inovatif bagaimana meningkatkan kualitas gizi pada jagung. Awal kelahiran teknologi jagung dengan kualitas protein memadai. Quality protein maize (QPM), ya jagung QPM sebagai harapan meningkatkan kesehatan dan kecerdasan balita.

Jagung Bermutu Protein Tinggi (Quality Protein Maize/QPM)
CIMMYT merupakan lembaga Internasional, pusat pengembangan tanaman jagung dan gandum yang berpusat di Meksido. Merespon peduli nutrisi balita yang menggunakan pangan pokok jagung melakukan serangkaian penelitian.

Pada akhir 1990-an, Surinder Vasal dan Evangelina Villegas merelease karya Quality protein maize (QPM). Karya kreatif-inovatif berorientasi kemanusiaan ini membawa penghargaan World Food Prize kepada mereka pada tahun 2000.

Srikandi Kuning dan Bima 12Q, jagung QPM (http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/)
Srikandi Kuning dan Bima 12Q, jagung QPM (http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/)
Kerja sama dan kerja keras dari Dr Vasal yang pemulia tanaman dan Dr Villegas yang ahli tanaman. Sejak tahun 1970 tim beliau melaksanakan penelitian pemuliaan tanaman jagung dengan dasar memperkaya nilai gizi.

Kreasi inovasi mengembangkan materi genetik jagung "opaque-2" dengan aneka keterbatasan. Hingga kini dihasilkan jagung dengan kandungan asam amino esensial  lysine dan tryptophan yang dua kali lipat dari jagung biasanya.

Jagung QPM ini telah dikembangkan dan diuji pada berbagai variasi kondisi agroekologi. Memancar dari Meksiko ke Afrika, Eropa, Asia. Khususnya negara berkembang yang menggunakan jagung sebagai makanan pokok. Maupun negara maju yang menggunakan jagung sebagai pakan.

Srikandi dan Bima, Merawat Kecerdasan Anak Bangsa
Materi genetik jagung QPM dari CIMMYT juga dikembangkan untuk memperkaya variasi genetik jagung di Indonesia. Pada tahun 2004, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor menghasilkan varietas baru. Srikandi Kuning-1 yang mempunyai kandungan protein tinggi.

Srikandi Kuning dan Srikandi Putih, kaya protein, lisin dan triptofan (olahan grafis)
Srikandi Kuning dan Srikandi Putih, kaya protein, lisin dan triptofan (olahan grafis)
Srikandi Kuning-1 dikategorikan sebagai  jagung bermutu protein tinggi atau Quality Protein Maize (QPM). Menyusul Srikandi Putih-1. Sehingga pengguna dapat memilih kesukaan yang kuning ataupun yang putih.

Menyimak warta Balitsereal LitBang Pertanian di Maros. Kini telah hadir 2 jagung baru dengan 3 keistimewaan: produksi tinggi, kaya protein serta tahan penyakit. Bima 12Q dan Bima 13Q mendampingi Srikandi Kuning dan Srikandi Putih.

Keunggulan jagung-jagung tersebut bukan hanya terletak pada produksi tinggi, 10-11 t/ha. Bima juga kaya protein terutama asam amino esensial. Kadar lisin dan triftofan dalam Bima 12Q masing masing sebesar 0,52% dan 0,11% sedangkan Bima 13Q berkisar 0,46% dan 0,09%.

Nah, kalau pembaca Kompasiana mempertanyakan, bukankah masyarakat Indonesia tidak banyak yang menganut makanan pokok jagung? Betul sekali. Penggunaan terbesar jagung di Indonesia adalah untuk feed (pakan) dan bahan baku industri.

Jagung QPM selain digunakan untuk pangan pokok juga dapat diolah menjadi aneka produk pangan. Baik sebagai jagung biji, jagung sosoh pratanak cepat masak, tepung jagung, tepung instan. Aneka kudapan berbasis jagung.

Mempertimbangkan kualitas gizi dan sifat fungsionalnya produk pangan berbasis jagung QPM tentunya mampu memperbaiki status gizi masyarakat. Perbaikan nutrisi yang mempengaruhi kualitas kesehatan. Pada gilirannya ikut merawat kecerdasan anak bangsa.

Penggunaan jagung berkualitas protein tinggi pada pakan ternak akan mempengaruhi kualitas hasil ternak, yaitu daging dan susu. Sebagai contoh adalah upaya memanfaatkan silase hasil fermentasi  jagung QPM sebagai pakan alternatif untuk ternak ruminansia.

Bersyukur bangga atas upaya kreatif-inovatif, menghadirkan jagung Srikandi dan Bima yang ikut merawat kecerdasan anak bangsa. Selamat berkreasi inovasi.

Catatan: penyemangat teruna kebun yang sedang belajar mewartakan karya kreatif-inovatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun