Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Anggota Dewan, Mari Kita Belajar Bersama dari Kacang Panjang

7 Oktober 2019   02:31 Diperbarui: 8 Oktober 2019   10:34 734
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peribahasa Kacang Mangsa Ninggala Lanjaran masih tetap relevan hingga masa kini.| Sumber: Pos Belitung/Ehdie via Tribunnews

Menyimak pujian dengan lirik menarik. Kacang mangsa ninggala lanjaran, yeku kang aran saloka. Lanjaran mono dadya rambatan, si kacang mrono mrambatnya. 

Werdinya pemimpin lan wong tuwa, den samnya asung tuladha. Lamun pemimpin angumbar napsu, wong tuwa tindaknya kliru, samnya nguja karsane pribadi, rakyat ngrasa dicontoni.

Terjemahan bebasnya, Tak elok kacang meninggalkan ajir (tiang rambat), itulah peribahasa. Ajir menjadi tiang rambat, tempat kacang merambatkan diri.

Maknanya, pemimpin dan orang tua hendaklah menjadi teladan. Kalau pemimpin mengumbar nafsu, orang tua bertindak keliru, masing-masing mengutamakan kehendak diri, rakyat merasa mendapat contoh.

Peribahasa nan sederhana. Sekilas ini kisah tentang kacang panjang yang hidup merambat di ajir. Namun juga menjadi media pembelajaran. Mari belajar dari alam.

Namun rasanya tetap relevan untuk kondisi kini. Keutamaan keteladanan oleh orang tua dan pemimpin. Tak cukup memberi contoh, namun perlu menjadi contoh keteladanan.

Kacang Mangsa Ninggala Lanjaran
Tumbuhan kacang panjang (Vigna sinensis) secara alami tumbuh merambat. Kalau dibiarkan apa adanya akan menjalar kemana-mana. Saat memasuki fase berbunga lanjut berbuah, sebagian bunga dan buah kurang optimal pertumbuhannya.

Kelembaban tanah menyebabkan sebagian bunga gugur. Buah tidak dapat tumbuh lurus memanjang. Bahkan beberapa buah akan membusuk. Panenan dan mutu panen tidak maksimal.

Manusia dikaruniai akal budi. Menyiasati tanamannya agar tampil maksimal. Dipasangkanlah ajir atau tiang rambatan umumnya dari bambu, agar tanaman menghasilkan panenan yang baik.

Pernyataan Kacang Mangsa Ninggala Lanjaran, adalah pernyataan kemustahilan. Sudah menjadi hakekatnya kacang merambat di lanjaran agar maksimal.

Ini bukan artikel bertanam kacang panjang, namun kita dapat belajar dari peribahasa ini.

Kacang mangsa ninggala lanjaran (sumber:agrowindo.com)
Kacang mangsa ninggala lanjaran (sumber:agrowindo.com)
Mari Belajar dari Kacang Panjang
Masa bakti anggota legislatif di Senayan periode 2014-2019 telah berakhir 30 September 2019. Selanjutnya per 1 Oktober 2019, 575 orang anggota DPR masa bakti 2019-2024 resmi dilantik untuk mengemban tugas sebagai wakil rakyat 5 tahun ke depan.

Mengevaluasi capaian lalu dan mengantisipasi kinerja periode mendatang. Mari belajar dari kacang panjang. Tanpa ajir atau lanjaran, si kacang tidak akan tumbuh tegak. Tidak akan dipandang orang. Hasilnya tidak akan maksimal.

Begitupun setiap pribadi anggota dewan memerlukan lanjaran. Penetapan beliau sebagai wakil rakyat memerlukan tiang. Beberapa hal yang menjadikan lanjaran kinerja anggota dewan.

Amanah kepercayaan rakyat. Ya, kepercayaan rakyat adalah lanjaran utama anggota dewan. Tanpa restu rakyat yang diwakili, layaknya kacang panjang tanpa lanjaran, akan merambat di tanah. Kepercayaan rakyat melalui suara yang diberikan.

Sehingga layaknya kacang yang merambat, setiap anggota dewan dalam menjalankan tugasnya akan berpegang teguh pada lanjaran amanah kepercayaan rakyat. Kesetiaan anggota dewan kepada konstituen yang menghantarnya diwujudnyatakan dalam kinerja maksimal.

Menyatunya kata ucap dan kata tindak mengokohkan tempatnya merambat. Mengupayakan pemenuhan janji yang keluar dari lisan dengan tindak kinerja. Integritas mencakup keselarasan pikir, hati, tindak dan ucap.

Ingkar dari mengemban amanah kepercayaan rakyat ibaratnya samnya nguja karsane pribadi. Mengingat keberadaan beliau di institusi adalah mewakili rakyat.

Konstitusi dan etika. Konstitusi yang berlaku, layaknya lanjaran tempat berpautnya setiap pribadi. Ketaatan pada konstitusi dalam menjalankan tugasnya. Sehingga terhindar dari tindak cidra yang mencemari kepercayaan.

Penyimpangan dari konstitusi dan etika berperilaku maupun bernegara, laiknya wong tuwa tindaknya kliru.

Berakar dan bertumbuh. Lanjaran yang teguh dibarengi dengan berakar dan bertumbuh. Berakar, menjangkarkan diri ke tanah. Menjauhkan diri dari tujuan pujian diri, berbalut kerendahan hati. Berakar menyesap aspirasi dari rakyat yang diwakilinya.

Bertumbuh, menghasilkan tanaman yang rimbun, memberikan keteduhan. Untuk berakar dan bertumbuh, setiap sel bergiat dengan setia. Persidangan dan setiap tahapan diikuti dengan seksama.

Berakar dan bertumbuh memiliki makna, setiap upayanya terkontrol oleh sumpah jabatan. Sumpah yang melibatkan aspek religi, takut dan taat kepada Sang Pemberi Amanah Agung dan amanah rakyat. Penyimpangan dari hakekat berakar dan bertumbuh, ibaratnya angumbar napsu.

Berbuah lebat. Layaknya kacang panjang yang berpaut kuat pada lanjaran dan berakar dalam akan menghasilkan buah yang lebat. Buah yang sesuai dengan tugas pokok fungsi yang diembannya. Buah nyata dalam menjalankan fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan.

Bila tanaman kacang panjang tidak berbuah lebat, petani sang empunya memiliki pilihan membabatnya. Apabila sang pengemban amanah rakyat tak berbuah lebat, pilihan teguran ada pada sang pemilik amanah, apalagi Sang Empunya amanah. 

Mari selagi ada waktu, tak habis-habisnya berbuah lebat. Agar dapat tersenyum syukur saat pertanggungjawaban.

Keutamaan Keteladanan
Werdinya pemimpin lan wong tuwa, den samnya asung tuladha. Lamun pemimpin angumbar napsu, wong tuwa tindaknya kliru, samnya nguja karsane pribadi, rakyat ngrasa dicontoni.

Anggota dewan sebagai pribadi dan kesatuan adalah orang tua dan pemimpin bangsa. Menjadi teladan adalah predikatnya. Setiap mata rakyat akan tertuju padanya, siap meneladan sekaligus menilai.

Kinerja positif menjadikan rakyat yang diwakilinya marem alias puas. Sebaliknya penyimpangan dari tiang rambatan (amanah kepercayaan rakyat, konstitusi dan etika, berakar dan berbuah) menjadikan rakyat kecewa. 

Atau bahkan merasa diberi contoh, "lah beliau wakil rakyat melakukan atau tidak melakukan hal itu, maka sah saja kalau kami juga."

Peribahasa kacang mangsa ninggala lanjaran masih tetap relevan hingga masa kini. Berlaku bagi siapa saja, setiap kita pribadi, selaku orang tua hingga pendekatan sederhana mengevaluasi DPR RI. Sekedar urun rembug sederhana ala kebun, meneladan kacang panjang.

[catatan pengingat diri, belajar dari kacang panjang]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun