Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Strategi Dirakit di Tebing Gamping Selarong, Bantul, DIY

11 Januari 2019   19:28 Diperbarui: 12 Januari 2019   00:36 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Duduk di bangku teras gua di keteduhan pepohonan, menyesap pergolakan hati P. Diponegoro. Beliau adalah putra sulung Sultan Hamengkubuwana III, raja ketiga di Kesultanan Yogyakarta. Terlahir dengan nama kecil Mustahar, dengan gelar Bendara Raden Mas Antawirya. Gelar utamanya adalah Bendara Pangeran Harya Diponegara, yang lebih dikenal sebagai Pangeran Diponegoro. [pengingat bahwa adat penamaan di Jawa, memiliki beberapa sebutan nama/tenger sesuai perkembangan umur]

Putra sulung bukan berarti putra mahkota secara genetis. Menyadari kedudukan sebagai putra garwa ampil/selir, P. Diponegoro mengurangi potensi konflik tahta. Beliau tidak berkiprah di dunia politik pemerintahan, lebih dekat dengan kehidupan agama dan masyarakat. Mengambil jarak dengan pusat kekuasaan, beliau tinggal bersama Eyang buyut putrinya, Kanjeng ratu Tegalrejo, permaisuri Sultan Hamengkubuwana I.

Kepekaan kedekatan dengan mayarakat wong cilik, membuatnya merasa muak dengan kesewenangan punggawa Belanda. Mencium gelagat adanya 'anak macan' di dekatnya, Belanda membuat gara-gara dengan pemasangan patok dll. Mulailah dengan ketidaksukaan secara terbuka.

Sejarah gua Selarong (dok pri)
Sejarah gua Selarong (dok pri)
Niat baik yang didukung oleh banyak pihak, P. Diponegoro tidak bergerak secara sendirian. Perlawanan yang belum terlalu solid, mudah dipatahkan oleh Belanda, sehingga Diponegoro harus menepi dan bermukim di tebing gamping gua Selarong. Merakit strategi untuk berjuang, meski berakhir pahit dengan penangkapan dan pengasingan beliau.

Lansekap gua kakung, Selarong (dok pri)
Lansekap gua kakung, Selarong (dok pri)
Kanvas Tebing Gamping 'bertirai'

Mengamati terjal dan pejalnya tebing gamping menghadirkan decak. Formasi khas daerah karst atau gamping dengan gejala pelarutan dan pengendapan menyuguhkan pola batuan berlapis. Kekuatan daya tembus akar dari pepohonan di puncak, menyembulkan akar yang hidup dan bergerak pelan menembus kerasnya bebatuan. Tebing gamping terlihat layaknya kanvas dengan guratan perakaran.

Tebing gamping, Selarong (dok pri)
Tebing gamping, Selarong (dok pri)
Tak hanya pesona kealaman yang teramati dengan indera mata terbuka. Konon pada saat P. Diponegoro bermarkas di kawasan ini, berkali patroli Belanda mencapainya. Namun pandangan mata bak tertutup tak mampu melihat keberadaan Diponegoro dan pengikutnya. Seolah menjadi kawasan'bertirai' menyembunyikan para pejuang bangsa.

Kanvas tebing gamping (dok pri)
Kanvas tebing gamping (dok pri)
Berada di kawasan Gua Selarong mampu menyegarkan rasa dan raga. Apalagi mendapat bonus beberapa siswa SMA Sedayu sedang mengerjakan tugas. Era kekinian mereka membuat video seputar gua Selarong, apiknya disuguhkan dengan narasi berbahasa daerah.

Bangga syukur, generasi milenial yang tidak melupakan sejarah, mengekspresikannya dalam bahasa daerah dan menampilkannya dengan teknologi kekinian. Serasa menyaksikan penyerahan tongkat estafet kepemimpinan dari Priyagung Besar P. Diponegoro kepada generasi penerusnya. Mari wisata sejarah. Salam hormat.

Salatiga, 11 Januari 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun