Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Efektivitas Ketoprak sebagai Media Komunikasi Tradisional di Era Digital

13 Desember 2018   23:25 Diperbarui: 19 Desember 2018   00:39 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peran Media Komunikasi Tradisional (dok pri)

Alur sajian diawali dengan format baku pasewakan agung di kedatonan, dilanjutkan dengan dagelan (lawak), perang (laga) dan ditutup dengan ampak-ampak. Menghilangkan babak roman tanpa mengurangi esensi cerita. Dialog memadukan pakem dan memperpanjang adegan dagelan untuk mengemas pesan dalam bahasa yang mudah dipahami penonton.

Babak pasewakan (dok pri)
Babak pasewakan (dok pri)
Alkisah kerajaan Karang Gumantung memiliki dua putra mahkota kandidat pemegang tampuk tertinggi. Para nayaka praja (pemimpin wilayah, penjaga kedaulatan negara) yang semestinya netral malah membentuk kubu. Informasi resmi dipelintir menjadi hoaks. Pedhut atau kabut menyelimuti Karang Gumantung.

Penebar hoax (dok pri)
Penebar hoax (dok pri)
Menggunakan pakem hal kurang baik pasti terbongkar. Kekacauan yang membuat rakyat resah dihindarkan. Biarlah padang kurusetra berada di kelir pewayangan.

Inti informasi pemilu tanpa hoaks dikomunikasikan melalui media tradisional langgam kethoprakan. Pelaku kesenian mendapatkan panggungnya untuk berekspresi. Penonton mendapat hiburan dan pembelajaran tanpa menggurui. Berharap efektivitas pesan tersampaikan dengan baik.

Penonton hiburan tradisional (dok pri)
Penonton hiburan tradisional (dok pri)
Media komunikasi tradisional masih berdaya di era digital. Tentunya dengan salin rupa seperlunya tanpa kehilangan esensinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun