Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Efektivitas Ketoprak sebagai Media Komunikasi Tradisional di Era Digital

13 Desember 2018   23:25 Diperbarui: 19 Desember 2018   00:39 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Babak pasewakan (dok pri)

Berkesempatan menikmati suguhan pagelaran kethoprak dua kali dalam rentang sebulan cukup langka. Menghadirkan gelitik untuk menyoal efektivitas kesenian media komunikasi tradisional di era digital.

Salin Rupa Media Tradisional

Suatu informasi betapapun pentingnya belum berdaya guna bila tidak dikomunikasikan kepada khalayak. Pemilihan media komunikasi informasi menentukan efisiensi dan efektivitas tersampaikannya informasi. Media komunikasi berkembang pesat dari simbol nada semisal ritme kentongan hingga era digital.

Aneka kemasan media tradisional sebagai sarana komunikasi informasi. Di antaranya kesenian daerah. Konsep pertunjukan seni sebagai ekspresi budaya sekaligus hiburan. Di dalamnya dapat disisipkan diseminasi informasi.

Pada saatnya, pertunjukan seni budaya daerah serupa teater rakyat menjadi media komunikasi informasi yang handal. Mengangkat cerita rakyat, disampaikan dengan bahasa daerah sehingga mudah dipahami oleh khalayak. Penyampaian pesan secara lisan.

Kekurangannya adalah keterbatasan dalam jangkauan ruang dan waktu. Belum lagi penguasaan bahasa daerah yang makin berkurang oleh target audiens informasi. Untuk meningkatkan efektivitasnya, media tradisional perlu berdandan, salin rupa agar dapat menjangkau sasaran informasi.

Instansi terkait dalam hal ini Kominfo (Komunikasi dan Informatika) melalui Forum komunikasi media tradisional (FK Metra) bertugas meracik salin rupa. Mendandaninya hingga selaras dengan kaidah era digital. Mengoptimalkan kinerja kesenian daerah dengan pemanfaatan iptek informasi.

Kesenian tradisional yang berakar dari kehidupan masyarakat dapat digunakan sebagai media komunikasi yang tetap relevan hingga saat ini. Pelestarian budaya warisan leluhur dengan besutan kekinian. Penyebarluasan informasi positif sekaligus penangkal hoaks.

Kabut Karang Gumantung (Pedhut)

Lakon ini digelar melalui racikan kethoprak oleh FK Metra Trisala Kota Salatiga di Taman Tingkir awal Desember ini. Melantarkan pembelajaran Pemilu tanpa hoax melalui hiburan kesenian daerah. Membuhul ikrar setiap komponen di wilayah kecamatan Tingkir untuk mengawal proses bersejarah.

Salin rupa sajian kethoprak berbahasa daerah Jawa ini bermula dari format durasi dan jumlah pemain. Durasi dibatasi selama 1 jam pentas dengan pemain yang tidak terlalu banyak. Tentunya sang sutradara, Pak Amrih merakit cerita dengan sangat bernas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun