Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jabodetabek Kawasan Seribu Rawa, Riwayatmu Kini

21 Juni 2018   14:28 Diperbarui: 23 Juni 2018   08:48 2438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konservasi Situ Rawa Kalong-Rawa Pulo-Rawa Jemblung (dok pri)

Kawasan Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi (Jabodetabek) terkenal dengan tebaran rawa atau situ. Ibaratnya, kawasan seribu rawa. Sebut saja Rawamangun, Rawa Belong yang terkenal dengan pasar bunga, Situ Babakan, Rawa Dongkel, pun Rawa Kalong. Sebagai emak yang bersusuh di tepian Rawa Pening, pastinya terpikat dengan kisah kawasan seribu rawa.

Kawasan seribu rawa

Kawasan Seribu Rawa (diolah dari google map)
Kawasan Seribu Rawa (diolah dari google map)
Menikmati bentang alam Jabodetabek sungguh menarik. Coba bayangkan, udara yang sarat dengan uap air dari kawasan Laut Utara Jawa, bergerak atau disebut angin ke arah daratan. Pergerakan tanpa halangan karena relief muka bumi nyaris datar. Bogor, kota di sebelah Selatan memiliki ketinggian 190-350 mdpl.

Tetiba udara yang sarat air menabrak Gunung Salak maupun Pangrango. Ketinggian tempat meroket tajam. Uap air di udara mengalami kondensasi dengan tiba-tiba dan jatuh sebagai air hujan. Tak heran, kota Bogor dikenal dengan sebutan kota hujan dengan curah hujan tahunan mencapai di atas 3500 mm per tahun.

Air hujan sebagian meresap ke dalam tanah, sebagian kecil kembali ke angkasa melalui siklus pendek alias siklus air hijau (green water). Sebagian besar memenuhi dharmanya mengikuti siklus air biru (blue water). Mengalir melalui badan sungai, sebut saja sungai Ciliwung yang fenomenal.

Lalu, ke mana air yang berjatuhan di Bogor mengalir? Mengikuti gerak gravitasi mengarah ke daerah yang lebih rendah. Mestilah kembali ke arah pantai utara menuju Teluk Jakarta. Selain melalui badan sungai, ke mana arah pergerakan air.

Peta sungai dan Kanal di Jakarta (wikipedia.org)
Peta sungai dan Kanal di Jakarta (wikipedia.org)
Apakah masalah banjir di kawasan Jakarta masalah baru? Mengapa selalu menjadi bagian komoditas politik yang gurih melalui gorengan potongan fakta?

Bentang sebagian besar Bogor, Tangerang, Depok, Bekasi dan Jakarta yang relatif datar menata formasi. Alam meresponnya secara bijak dan elok. Bertebaran rawa atau situ, mengendalikan banjir melalui fungsi menampung limpasan permukaan di sekitarnya. Pantaslah predikat kawasan "seribu rawa".

Rawa berupa hamparan lahan yang cekung dan drainase yang terhambat. Akibatnya, secara alamiah terjadi genangan air yang terjadi secara permanen maupun musiman. Secara ekologis memiliki karakter fisika, kimiawi maupun biologis yang khas.

Secara formasi bentang alam alami terlihat paduan pergerakan udara kaya uap air, kondensasi, daerah kaya hujan, badan air Sungai Ciliwung dan gugusan rawa. Koreografi pergerakan air yang cantik. Memperhatikan formasinya, pengelolaan air di kawasan ini tidak hanya mencakup permasalahan daerah tangkapan air di bagian hulu. Pun konservasi situ ataupun rawa memegang peranan penting.

Batavia dan kearifan lokal
Jabodetabek adalah kota air. Jan Pieterszoon (JP) Coen, pendiri Batavia, mengenali karakter ini. Mempergunakan prinsip amati-tiru-modifikasi (ATM), tim beliau merancang Jakarta menjadi kota air laksana kota-kota Jerman bernadikan Sungai Rhein.

Kearifan lokal yang berasal dari leluhur orang Belanda, suku Batavia yang berasal dari lembah Sungai Rhein. Batavia, cikal bakal kota Jakarta yang dilafalkan secara lokal menjadi Betawi. Rawa bukan hanya bagian dari sisi ekologis. Rawa yang juga menjadi ikon kawasan. Ikon yang bersifat khas lokal.

Rancangan kota yang memperlakukan gugusan rawa sebagai bagian bentang alam yang utuh. Eits tidak perlu langsung alergi dengan adopsi kearifan lokal yang berasal dari luar. Bukankah dalam skala mikro juga senada dengan keselarasan bumi Pasundan yang ramah dengan empang di pekarangannya.

Sejarah mencatat, kebudayaan pusat kerajaan di Pulau Jawa bagian Barat berpusat di Cirebon, Banten, Siliwangi maupun seputar Bogor. Menghindari daerah Jabodetabek kawasan seribu rawa yang rawan genangan air.

Keberadaan beberapa situs cagar budaya diseputar rawa, menunjukkan bahwa rawa ataupun situ bukan hanya berkaitan dengan ranah ekologis ataupun ekonomis. Namun juga mencakup ranah sosial budaya. Pengetahuan dan kearifan lokal berkembang dari karakter rawa setempat.

Lalu bagaimana riwayatmu kini wahai kawasan seribu rawa? Masihkah tebaran rawa disyukuri sebagai bagian koreografi tarian limpasan air?

Mencermati dinamika sajian data rawa/situ di Jakarta. Upaya konservasi situ di kawasan penyangga semisal Depok dan Bekasi, membaca kegelisahan "seribu rawa". Janganlah cerita rawa menjadi sebuah kisah.

Trio Situ (Rawa Jemblung alias Situ Baru, Rawa Situ Pulo, Rawa Kalong)
Sebagai gambaran bagaimana wajah sebagian rawa dari kawasan seribu rawa ditampilkan trio situ. Lah apa dasar pemilihannya? Tenang ini bukan sample atau pewakil, tanpa metodologi apapun pemilihannya. Hanya berdasarkan jarak kunjungan saja.

Trio situ (Rawa Pulo, Rawa Kalong dan Rawa Jemblung) (diolah dari google map)
Trio situ (Rawa Pulo, Rawa Kalong dan Rawa Jemblung) (diolah dari google map)
Rawa Jemblung alias Situ Baru. Berada di kawasan Buperta Cibubur. Secara administratif termasuk wilayah desa Harjomukti, kecamatan Cimanggis. Secara estetika terlihat terawat apik karena terpisah dari pemukiman.

Situ baru versi kini (dok pri)
Situ baru versi kini (dok pri)
Menjadi alternatif tempat wisata ekonomis dan ekologis. Betapa di pinggir jalan toll tak jauh dari pusat ibu kota, pengunjung bisa santai gelar tikar di bawah pepohonan rindang di tepian Situ Baru. Juga menarik sebagai wisata edukatif. Melatih kecintaan pada alam bagian kecerdasan natural maupun ketrampilan motorik.

Telaah secara sosial budaya, aneka tradisi sosial yang melibatkan masyarakat seputar Rawa Jemblung, semisal acara penanaman kepala kambing pada acara hajat bumi oleh masyarakat Pondok Ranggon. Tentunya terjadi modifikasi acara sosial budaya di era kekinian.

Bila setiap pengunjung merasakan manfaat dari rekreasi tepian Situ Baru, semoga menumbuhkan minat dan tekad ikut memelihara kelestariannya. Mari ambil bagian dari hal yang paling sederhana dengan menjaga kebersihan, mengindahkan larangan memancing pun menjala ikan di Situ Baru.

Rawa Situ Pulo

Secara administratif termasuk wilayah Kelurahan Jatikarya, Kecamatan Jatisampurna, Kota Bekasi.

Terdiri dari sepasang situ. Satu situ, secara estetika terlihat terawat apik berada di kawasan perumahan elite Grand Citra. Menjadi salah satu daya pikat pemasaran dengan penamaan kluster yang menjual situ. Berpagar transparan, dengan sempadan hijau rindang.

Situ Rawa Pulo di Perumahan (dok pri)
Situ Rawa Pulo di Perumahan (dok pri)
Gerakan penjaga keamanan yang mendekati saat kami mengambil foto mengindikasikan daerah privat. Beruntung masih terlihat tanda penanaman pohon pada event Hari Air Dunia XXVI 2018 di kawasan Rawa Situ Pulo.

Menelisik pasangannya, melewati Jalan Pulo dari Jalan Leuwinanggung. Situ yang berada di pemukiman penduduk. Seputar situ dibangun jalan setapak bagi para penikmat situ. Terlihat peran Situ Pulo bagi penduduk sekitar melalui limpahan air ke empang di pekarangan maupun secara sengaja air dipompa ke usaha pemancingan. Situ Rawa Pulo yang ramah bagi penduduk sekitarnya dalam kebersahajaan.

Situ Rawa Pulo ramah penduduk sekitar (dok pri)
Situ Rawa Pulo ramah penduduk sekitar (dok pri)

Rawa Kalong

Berada di Kelurahan Curug, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok.

Memandang Rawa Kalong, mengobrol singkat dengan warga sekitar saat bertanya arah di warung, menghadirkan kehangatan tersendiri. Rawa Kalong.... Konon begitu banyak kelelawar alias kalong yang tinggal di pepohonan di pematang rawa, hingga kawentar sebagai rawa kalong.

Setu Rawa Kalong (dok pri)
Setu Rawa Kalong (dok pri)
Keberadaan rawa kalong yang terhimpit oleh padatnya pemukiman hingga kepungan industri. Kawasan yang menyediakan lahan bagi kegiatan perikanan darat melalui karamba. Beberapa waktu lalu sempat ramai dengan tingginya cemaran akuatik dari industri sehingga mengkawatirkan keamanan pangan ikan.

Kerja sama lintas sektor mulai dari penertiban industri dalam pengelolaan limbah. Peningkatan ketrampilan budidaya ikan dari sektor perikanan. Hingga peningkatan ketrampilan wanita tani pengolah hasil perikanan kiranya menjadi sarana berkat dari Rawa Kalong. Wajah rawa dari dimensi ekologis, ekonomis dan sosial budaya. Retakan cermin kecil dari trio situ.

Inilah secuil kisah dari Jabodetabek Kawasan Seribu Rawa, Riwayatmu Kini. Lestarilah rawa bagian dari koreografi tarian air, pengendali banjir. Sarana kemakmuran bagi penduduk sekitar. Bagian dari kejayaan budaya bangsa. Salam hijau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun