Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"From Glenmore with Chocolate" Episode Cerita Cokelat

24 April 2018   09:23 Diperbarui: 24 April 2018   10:02 1682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
From Glenmore with Chocolate (dok pri)

Menyeruput secangkir cokelat hangat ataupun menggigit sebatang cokelat legit mengingatkan pada cerita cokelat Indonesia. Pada tingkat internasional Indonesia menduduki peringkat ke tiga penghasil biji cokelat. Posisi teratas diduduki oleh negara Pantai Gading diikuti posisi kedua adalah negara Ghana yang saling bertetangga di benua Afrika.Bila tidak dibarengi kerja keras, posisi kita akan disundul oleh negara Equador disusul Cameroon, demikian data yang dicuplik dari statista.com yang juga menjadi sumber acuan dari cacaoweb.

Produksi kakao dunia, Indonesia peringkat ke 3 (dok pri)
Produksi kakao dunia, Indonesia peringkat ke 3 (dok pri)
Menelisik wajah percokelatan Indonesia, ini hasil intipan dari Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Kakao 2015-2017. Luas areal kebun kakao di Indonesia pada tahun 2015 mencapai 1.709.284 ha dengan total produksi 593.331 ton biji kakao. Luasan tersebut mencakup perkebunan rakyat, perkebunan besar yang dikelola negara maupun perkebunan besar yang dikelola oleh swasta. Dominansi kebun berada di SulawesiTengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara masing-masing di atas 200 000 ha.

Apakah luasan kebun 1.709.284 ha tersebut semua produktif? Tentunya tidak, luasan tanaman menghasilkan sebanyak 765.824 ha serta produktivitas  775 kg biji/ha.Sentra produksiberada SulawesiTengah, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara masing-masing di atas 100 000 ha.

Saat menikmati kelezatan cokelat, mari mengingat keterlibatan 1.715.155KK petani yang menggantungkan nafkahnya pada lahan cokelat. Sedangkan serapan tenaga kerja mencapai 35.097. Revitalisasi pengelolaan cokelat meningkatkan serapan tenaga kerja tentunya dibarengi dengan perbaikan kesejahteraannya.

Menyimak volume dan nilai ekspor kakao kita pada tahun 2015,sejumlah 355.320.831 kg dengan nilaii US$1.307.770.623 dengan harga rata-rata tahunan kakao di pasar dunia 3,14 ($/Kg). Sebaran tujuan ekspor cukup luas, menandakan kualitas kakao Indonesia memenuhi standar cukup banyak negara pengimpornya.

Dari sisi spesifikasi ekspor cukup dominansi bentuk biji kakao, diikuti oleh pasta, tepung, hingga makanan olahan. Hal ini mengindikasikan perlunya penguasaan teknologi pasca panen dan pengolahan hasil sehingga lezatnya cokelat juga meningkatkan nilai tambah bagi para pengelolanya.

Mengulik perkembangan harga rata - rata bulanan kakao di pasar domestik pada tahun 2015 berkisar antara Rp 16.623/kg biji diKalbar hingga Rp29.678/kg diSulteng dengan kondisi unfermented. Sedangkan harga biji cokelat fermented mencapai Rp 24.305 - 35.056per kg biji. Teknologi fermentasi yang efisien akan mampu meningkatkan pendapatan pemrosesnya.

Tugu pal putih dan stupa Borobudur bersalut cokelat (dok pri)
Tugu pal putih dan stupa Borobudur bersalut cokelat (dok pri)
From Glenmore with Chocolate episode Cerita Cokelat, bagian kekayaan bumi Nusantara. Maraknya produk lokal olahan cokelat apalagi dengan sajian ikon khas Indonesia semisal Glen's choc, stupa Borobudur maupun lidah buaya dalam cokelat menjadi bagian dari sinergi industri cokelat-pariwisata.

Acuan: Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Kakao 2015-2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun