Permasalahan perubahan iklim yang bersifat global menjadi tangung jawab bersama setiap titah di bumi. Bagaimana masyarakat secara lokal komunal berperan serta? Mari bersama melongok Kampung Iklim Togaten, Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga.
Kampung Iklim Togaten
Kesadaran dan upaya mewujudnyatakan kepedulian terhadap bumi melalui pembuatan biopori secara konsisten sejak tahun 2012 membuahkan hasil. Sebagian air hujan diperangkap di kawasan pekarangan untuk masuk ke dalam tanah. Langkah ini diapresiasi oleh Pemerintah melalui Pencanangan Proklim (Program Kampung Iklim) Kawasan Sahabat Biopori oleh Wali Kota Salatiga Yuliyanto, Kampung Iklim pertama di Kota Salatiga, Rabu (16/3/2016).
Kampung iklim tersebut berada di RW XI, khususnya RT 01 dan 03, Kelurahan Mangunsari Kecamatan Sidomukti. Memenuhi kaidah kampung iklim yang merujuk suatu lokasi yang masyarakatnya melakukan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim secara terukur dan berkesinambungan.Â
Berbagai upaya yang secara terencana dan terus menerus dilakukan meliputi pembuatan biopori, sumur resapan, penghijauan dalam lahan terbatas, menjaga kebersihan lingkungan, mengolah sampah rumah tangga menjadi kompos. Bahkan kini dilengkapi dengan hutan mini, dipadukan dengan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).
Biopori dan Sumur Resapan
Semakin terbatasnya areal terbuka bahkan di kawasan pekarangan seputar rumah, menyebabkan limpasan air hujan mencari jalan alirannya. Pembuatan biopori di pekarangan memberi kesempatan air hujan masuk ke dalam tanah. Apalagi dengan pemeliharaan lubang resapan biopori dengan umpanan sampah organik menyebabkan aktivitas fauna tanah meningkat dan terbentuk pori secara biologis seturut dengan kaidah dasar biopori dengan bonus panenan kompos secara berkala.
Tak cukup dengan kawasan ramah biopori, kampung iklim Togaten juga mengajak warganya untuk membuat sumur resapan terutama air limpasan dari area cucian, kamar mandi maupun dapur. Limbah domestik alias grey water ini tidak diizinkan masuk ke selokan pembuangan di luar pekarangan. Sebagai tolok ukur keberhasilan, selokan di kompleks perumahan Togaten RT 3 ini pada musim kemarau kering, karena selokan memang hanya diperuntukkan bagi air hujan.
Penghijauan dalam Lahan Terbatas
Bagi penyuka tanaman buah silakan menanam buah, mau di tanah secara langsung atau tabulampot alias tanaman buah dalam pot. Beberapa bahkan memanfaatkan bagian atas selokan untuk jajaran pot nan rapi.Â
Bagi penggemar tanaman hias silakan bercocok tanam bebungaan. Beberapa menanam dengan model verti culture alias bercocok tanam secara susun mengingat keterbatasan lahan. Ada pula aneka tanaman obat alias jejamuan di halaman masyarakat.
Berjalan mengelilingi pemukiman baik di RT 01 maupun RT 03 kampung iklim Togaten, mata disuguhi dengan kawasan hijau nan bersih. Tepian selokan di jalan relatif sempit di RT 01 olala tampil cantik dengan cat warna-warni yang semakin menonjolkan kebersihan lingkungan. Sampah berserakan atau genangan air yang menghadang? Membakar sampah dengan menyisakan asap dan abu? No way silakan menyingkir. Setiap rumah penduduk tampil cantik dan resik.
Beberapa instalasi pengolah sampah menjadi pupuk cair memperlihatkan deretan kran di dasar dekomposter untuk memanen pupuk cairnya dan siap digunakan untuk memupuk tanaman buah, tanaman hias maupun tanaman sayur. Secara berkala panen kompos dapat dilakukan. Sinergi luar biasa dengan mengolah sampah rumah tangga menjadi kompos meningkatkan program kebersihan dan penghijauan di lahan terbatas.
Lalu bagaimana dengan sampah anorganik? Warga menyisihkan sampah organik di pekarangan, lalu secara rutin berkala pengurus akan mengundang pemulung untuk mengangkutnya. Secara bergurau kami saling menggoda, di negara maju pengambilan sampah non degradable dilakukan pada hari tertentu lah di kampung iklim Togaten, sampah non degradable diambil alih oleh pemulung yang didatangkan pada hari tertentu, klop.
Kampung Iklim Togaten Sarana Belajar dan Rekreasi
Aneka banner, poster yang menginspirasi untuk semakin mencintai bumi tersedia. Semisal semua bermula dari sini, dari diri sendiri, mengajak setiap kita untuk mengambil peran dalam menjaga lingkungan.
Melihat yellow trap perangkap serangga untuk lalat buah di pekarangan warga membuat saya tersenyum, inilah pensiunan dosen UKSW ahli entomologi tidak bersantai namun memilih cara menikmati waktu dengan berbagi ilmu. Untuk mempermudah komunikasi dibuat WA grup yaitu grup umum mencakup seluruh anggota dan grup khusus pengurus, wow kekinian kan ya.
Saat acara menerima studi banding kemarin dipandu oleh Pak Udiyanto selaku humas dengan keramahan khasnya. Para pengurus lain menanggani registrasi dan layanan konsumsi, bahkan penjualan produk ramah lingkungan yang hasilnya untuk kas mendukung kegiatan. Para sesepuh tetap dengan setia mendukung melalui kehadirannya yang menguarkan aura teduh tinggal di kampung iklim.
 Nah pembaca kompasiana yang berbahagia, Salam Taklim dari Kampung Iklim Togaten Salatiga.