Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Merenda Asa di Rumah Kelahiran Bung Hatta

16 Agustus 2017   11:45 Diperbarui: 18 Agustus 2017   20:15 1168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fort de Kock(sekarang Bukittinggi) 12 Agustus 1902, pasangan Muhammad Djamil dan Siti Saleha, mendaras puja, merenda asa, kiranya buyung mungil yang lahir di rumah ini, adinda dari Rafiah menjadi pribadi budiman. Doa ninik mamak disematkannya dalam penanda nama Muhammad Athar, Athar petikan dari Bahasa Arab yang berarti harum. Doa yang diperkenan oleh Sang Maha Pemurah yang pada saat tepat anugerahNya mengharumkan nama bangsa melalui kiprah Dr. (HC) Drs. M. Hatta yang lebih dikenal sebagai Bung Hatta.

Renda putih di kamar bujang
Renda putih di kamar bujang
Mengaji bukit mengeja danau.....sungguh urang Minang adalah pembelajar yang kuat. Adat Minang mewartakan rumah anak bujang adalah di surau, kamar depan dengan pintu menuju halaman adalah tempat singgahnya. Merenda asa, berburu ilmu hingga ke negeri orang adalah dambaan. Bung Hatta salah satu yang melakoninya. Bukittinggi ke Padang hingga Handels Hogeschool Rotterdarm Belanda, merenda cita tak kenal lelah.

Sebagai tokoh pergerakan dan negarawan, meja perundingan demi meja perundingan disinggahinya. Dari media masa majalah Hindia Putera hingga menjadi Wakil Presiden pertama di Indonesia. Naskah detik-detik proklamasi yang ditandatangai Soekarno-Hatta selalu menghadirkan syukur haru bahagia setiap diperdengarkan ulang. Merenda asa di meja perundingan politik demi kemerdekaan hingga kejayaan bangsa.

Merenda asa di berbagai meja perundingan
Merenda asa di berbagai meja perundingan
Sebagai ekonom yang berlatar budaya Minang beliau dibesarkan di universitas kehidupan dengan motto alam takambang jadikan guru. Kesejahteraan bangsa dimulai saat lumbung atau rumah rangkiangsenantiasa terisi untuk pemenuhan kebutuhan keluarga inti maupun kerabat yang menjadi tanggungannya. Sesukat tak kan jadi segantang... gantang dan sukat sebagai takaran volume hasil bumi. Visualisasi dimensi ukuran yang kami baca dari buku dan kami lihat di ruang makan Rumah Kelahiran Bung Hatta (RKBH). Renda putih yang menghampar di meja makan seolah bagian dari merenda asa di bidang ekonomi kerakyatan.

Renda putih di ruang makan Rumah Kelahiran Bung Hatta (dok pri)
Renda putih di ruang makan Rumah Kelahiran Bung Hatta (dok pri)
Digul dan Banda Niera bagian sejarah persinggahan beliau melalui pengasingan karena berseberangan dengan penguasa. Pengasingan tak membatasi karya. Menuangkan buah pikiran melalui tulisan adalah kesukaan beliau. Hidup harus memberikan manfaat, selaras dengan pepatah urip kudu urup, hidup adalah menghidupi. Tak segan beliau membaur dengan masyarakat di daerah beliau diasingkan.

Bersama dengan mempelai pilihan yaitu ibu Rahmi Hatta, Bung Hatta membina mahligai rumah tangga. Beliau dikaruniai tiga bidadari bernama Meutia Farida Hatta, Gemala Rabi'ah Hatta, dan Halida Nuriah Hatta. Merenda asa, menjahit cinta kasih keluarga, jejak keluhuran budi melalui kekuatan pondasi keluarga.

Renda putih dan mesin jahit di RKBH (dok pri)
Renda putih dan mesin jahit di RKBH (dok pri)
Ada masa berkarya ada masa pensiun. Darma bakti tak dibatasi oleh waktu, beliau mendedikasikan pikiran dan tenaga untuk menulis buku dan mengajar. Merenda asa demi generasi penerus. A great son of his country, julukan yang diberikan oleh bangsa tetangga. Waktu jua yang membatasi karya, Bung Hatta wafat pada tanggal 14 Maret 1980. Tunai sudah tugas darma beliau. Gelar Pahlawan Proklamator dan Pahlawan Nasional bagian dari penghargaan negara dan bangsa atas labuh labet beliau kepada negara.

Renda dan Merah Putih di kamar tidur lantai 2 RKBH (dok pri)
Renda dan Merah Putih di kamar tidur lantai 2 RKBH (dok pri)
Menikmati parade renda putih di RKBH menghadirkan sensasi tersendiri. Renda putih mengalasi, menjuntai, menutupi maupun menghampar. Renda yang terbuat dari benang maupun lawe. Renda menjadi simbol bahwa setiap anak bangsa adalah potongan serat lawe. Siap dirajut membentuk renda yang cantik melaui proses yang tidak selalu mengenakan. Ada saatnya direntang, kadang diikat, suatu saat disambung.

Kini Ibu Pertiwi juga sedang merenda sambil beurai air mata, mulutnya mendaras puja untuk untaian pintalan keutuhan bangsa, mengikat perbedaan, mengaitkan rantai antar kepentingan dengan haakpen kesatuan. Selembar renda putih di meja layanan kesehatan, pendidikan berkarakter, industri dan perdagangan, keamanan bahkan setiap segi pendukung kehidupan yang bermartabat. Menyusun hamparan renda sejarah bangsa Indonesia.

Berkaca dari hamparan renda putih di Cagar Budaya Rumah Kelahiran Bung Hatta, terselip jalinan asa setiap komponen bangsa siap dirajut demi kejayaan dan kesejahteraan bangsa.....Dirgahayu Bangsa Indonesia

Alamat Rumah Kelahiran Bung Hatta, Jalan Sukarno Hatta no.37, Mandiangin Koto Selatan, Bukittinggi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun