Mohon tunggu...
novy khayra
novy khayra Mohon Tunggu... Penulis - Aspire to inspire

Novy Khusnul Khotimah, S.I.Kom, M.A, SCL - Pegawai Negeri Sipil - Master Universitas Gadjah Mada - Penulis Buku -SDG Certified Leader

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Sekulerisme Tidak Membunuh Siapapun", Benarkah Demikian?

5 November 2020   13:04 Diperbarui: 5 November 2020   13:13 2288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dunia saat ini sedang dihebohkan  dengan Presiden Perancis yang membantah menghina Islam tapi ngotot mendukung karikatur. Menurut saya yang paling menarik perhatian adalah pernyataannya yaitu "Sebab, sekularisme tidak pernah membunuh siapa pun. Saya tidak akan pernah menerima bahwa mereka bisa membenarkan kekerasan".

Pernyataan ini adalah bentuk pembelaan dan pembenarannya atas paham sekularisme untuk melawan terorisme di negaranya. Selain juga menjadi pembenaran terhadap diskriminasi minoritas muslim di Perancis. Apakah sekulerisme senaif pernyataan Macron? Lalu bagaimana kita sebagai muslim menyikapinya?

Sejarah dan Perkembangan Sekulerisme di Barat dan Penyebarannya yang Massif 

Sedikit banyak saya akan mengutip dari Fata dan Noorhayati dalam jurnalnya yang berjudul Sekularisme dan Tantangan Pemikiran Islam Kontemporer menyatakan bahwa pokok persoalan dalam peradaban Barat terletak pada sikapnya yang menyingkirkan segala hal yang berbau agama, Tuhan, atau metafisika dalam kehidupannya. Sikap seperti ini biasa disebut sebagai "sekuler". Masih dalam Fata dan Noorhayati,

Kenapa Barat memilih jalan sekulerisme? Graeme Smith menyebutkan dua perspektif untuk menjelaskan jalan sekuler yang jadi pilihan Barat.

Pertama, dari perspektif sejarah sosial sekulerisme muncul berhubungan dengan kondisi masyarakat modern. Kondisi urbanisasi,pluralitas agama, dan fragmentasi sosial yang dihadapi masyarakat modern menjadikan mereka melakukan mitigasi terhadap kelangsungan hidup agama. Kekristenan jatuh karena tidak mampu bertahan hidup dalam kehidupan modern.

 Kedua, sekulerisme mampu memenangkan perang gagasan. Sekulerisme dapat muncul dan berkembang karena superioritas intelektualnya dibanding Kristianitas sehingga mampu meyakinkan orang banyak terhadap kebenarannya. Lebih jelasnya, sains mampu memberikan penjelasan tentang fungsi dunia sehingga mampu memarjinalkan teologi.

Berdasarkan sejarah, sekulerisme muncul atas kekecawaan dan trauma masyarakat barat kristenitas pada saat itu dimana

Pertama, secara psiko-historis masyarakat Barat mengalami trauma kesejarahan, terutama terkait dengan dominasi Kristen di zaman pertengahan dan banyaknya konflik antara kelompok-kelompok Kristen yang berujung pada peperangan dan penindasan. Gereja di zaman pertengahan (era kegelapan/the dark ages) memiliki kekuasaan yang luar biasa, baik di bidang spiritual maupun politik. Dengan kekuasaan itu pihak gereja sering melakukan tindakan penindasan terhadap kelompok-kelompok keagamaan, intelektual, bahkan penguasa politik yang berseberangan dengannya.

Para bapak Gereja juga suka berperilaku korup denagn memperjualbelikan kartu pengampunan dan menjadi pendorong bagi perang antar agama (Katolikisme dan Protestanisme). Salah satu wujud arogansi gereja adalah keberadaan institusi inkuisisi sebagai lembaga penyiksaan bagi mereka-mereka yang dianggap menentang (heresy) oleh gereja. Posisi gereja semakin kokoh dengan klaimnya sebagai satu-satunya wakil tuhan pemegang kebenaran mutlak.

 Kedua, problem terkait dengan otentisitas teks Bible dan makna yang terkandung di dalamnya. Siapa pengarang dan Bible mana yang otentik menjadi persoalan penting bagi masyarakat Barat. Keragaman teks yang mencapai sekitar 5000 manuskrip menjadikan Bible semakin tidak jelas otentisitasnya. Akibatnya, masyarakat Barat pun mengalami kesulitan dalam memahami makna dan mempraktikkan ajaran-ajaran Kristen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun