Mohon tunggu...
Novriyanti Nov
Novriyanti Nov Mohon Tunggu... Dosen - Kadang ngajar, kadang masak, kadang momong

Menulis tanpa tekanan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ironi

2 Juli 2015   23:10 Diperbarui: 10 April 2021   20:29 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Banyak diantara yang mengaku aktivis dan pemerhati sosial di masyarakat ternyata tidak menaruh hati seutuhnya disana. Barangkali diantara kita ada, bahkan sering melakukan ini. Sadar ataupun tidak.

Contoh dekat begini, kita seringkali prihatin dengan ketidakadilan market yg mendera pedagang kecil semisal pedagang sayuran, kelontong, pedagang kuliner, pedagang pakaian, dan sebagainya.  Ketidakberpihakan pemerintah dan perhatian yang sangat kurang sangat dikecam oleh kelompok ini (kita). Akan tetapi, sungguh kita masih sangat senang belanja sayuran di supermarket atau pasar-pasar modern, menolak bahkan merasa jijik bila menyantap kuliner kaki lima. Kita mengaku menggadang-gadangkan produk lokal, mencintai buatan dalam negeri, tapi perilaku menyukai bahkan sering konsumsi barang impor tak terelakkan. 

Masih banyak contoh ketidaksederhanaan yang ditampilkan sementara orang lain disarankan berlaku tradisional dan apa adanya. Lalu bagaimana mau menyatu dan menyampaikan aspirasi masyarakatnya jika kesatuan dan penyatuan diri kita sendiri dengan masyarakatnya sangat terbatas atau dibatasi? 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun