Mohon tunggu...
NOVIYA ANGGREANINENGSE
NOVIYA ANGGREANINENGSE Mohon Tunggu... Guru - Noviya

Semangat nulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Asal-Usul Warga Lamongan Pantang Makan Lele

12 April 2019   13:48 Diperbarui: 12 April 2019   13:55 918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sejarah terbentuknya kabupaten lamongan tidak lepas dari bumbu-bumbu cerita rakyatnya. Seperti yang satu ini, terkait asal muasal lahirnya pantangan bagi masyarakat lamongan asli untuk memakan ikan lele.

Pada awalnya meski banyak orang Lamongan yang merantau untuk berjualan pecel lele, namun konon mereka pantang memakannya. Lalu apa cerita dibalik kepercayaan cerita itu?

Cerita ini diambil dari sebuah kisah ketika sunan Giri III atau bernama asli Sedamargo, dia belusukan dipesisir selatan, ke daerah peyebaran Islam dengan menggunakan perahu menelusuri sepanjang aliran Bengawan Solo, hingga kedesa-desa.

Sesampainya di desa Barang [sekarang masuk Wilayah Kecamatan Glagah Lamongan], malam sudah larut, sinar terang bulan purnama menuntun langkah Sudamargo meyusuri Desa satu ke Desa lainya. Hingga pada suatu tempat Sudamargo melihat lampu godog [sejenis oblek] yang menyala di sebuah gubuk disudut Desa. Sedamargo lantas menghampiri sumber cahaya tersebut. Disitu didapatilah seorang wanita yang dikenal seorang Mbok Rondo sedang menjahit pakaian, lalu sudamargo menghampiri dan berbincang-bincang, Perbincangan antara keduanya terjadi sampai larut malam. Diakhir perbincangan, akhirnya Sudamargo berpamitan untuk pergi.

Namun, Sudamargo lupa mengambil keris miliknya yang diletakkan di bale [ruang tamu], selama dia berbincang dengan Mbok Rondo tadi. Dia baru sadar ketika sudah tiba kembali di Giri. Kemudian Sudamargo memerintahkan salah satu orang terdekatnya Ki Bayapati untuk kembali ke Desa Barang untuk menggambil keris pusakanya Sudamargo yang tertinggal di bale gubug Mbok Rondo.

Keberadaan keris tersebut diketahui oleh Mbok Rondo, seketika wanita ini mengambil dan menyimpannya untuk kemudian dikembalikan apabila Sudarmaga kembali menggambil keris itu sendiri. Saat ditugasi oleh Sudamarga untuk menggambil kerisnya, Ki Bayapati menggunakan kemampuan ilmu sirepnya agar cepat menuju ke gubug Mbok Rondo. Sesampainya di gubug Mbok Rondo, Ki Bayapati menggambil keris itu dengan cara sembunyi-sembunyi.

Tetapi sepandai apapun Ki Bayapati, cara tersebut diketahui oleh Mbok Rondo yang di sambut dengan terikan maling. Mbok Rondo menggangap utusan dari Sudarmago ini sedang mencuri keris, padahal yang terjadi sebenarnya adalah ingin mengembalikannya. Teriakan Mbok Rondo membangunkan tetangga dan semua warga desa Barang kemudian massa mengejar Ki Bayapati yang diduga mencuri keris pusaka itu, Karena panik dikejar warga, Ki Bayapati lari dan memberanikan diri terjun ke jublang [kolam] untuk menghindari kejaran dan amukan warga Barang.

Tanpa disangka, tiba-tiba kolam tersebut dipenuhi ikan lele yang berenang di permukaan kolam. Keberadaan Ki Bayapati tersembunyikan oleh munculnya ikan-ikan lele tersebut,warga pun mengaggap bahwa Ki Bayapati meniggal karena tak terlihat lagi, padahal masih hidup, karena berjasa menyelamatkan hidupnya Ki Bayapati pun bersumpah jika dia dan semua keturunannya tidak akan memakan ikan lele.

Dan Ki Bayapati lalu segera meninggalkan lokasi kolam tersebut dan kembali ke Giri, Ki Bayapati lantas menceritakan kejadian aneh tersebut sambil megembalikan kerisnya kepada tuannya [Sudamargo]. Karena jasanya, akhirnya Sudamargo menghadiahkan kerisnya yang sekarang disebut dengan Koro Welang kepada Ki Bayapati. Lalu Ki Bayapati mendapat gelar dari Sudamargo dengan nama 'Sayyid adb. Shomad', setelah pengabdiannya yang begitu lama kepada Sudamargo.

Lalu Ki Bayapati meninta izin kepada gurunya untuk kembali ke Lamongan untuk membabad Desa dan mengajarkan agama Islam serta mendirika Desa-desa, Desa yang pertama di Babad adalah Desa Barang tempat dimana dia diselamatkan oleh ikan lele. Ki Bayapati juga di makamkan di tempat tersebut dan dimuliakan oleh masyarakat dan penduduk setempat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun