Mohon tunggu...
Novita Nurfadillah
Novita Nurfadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Hobi Membaca Novel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Fenomena Demam Korea di Indonesia

29 November 2022   13:30 Diperbarui: 29 November 2022   13:31 1270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Novita Nurfadillah

"Mahasiswa KPI UIN K.H Abdurrahman Wahid Pekalongan"

Demam Korea atau "Korean Wave" merupakan gelombang budaya dari Korea Selatan yang memasarkan produk budayanya ke berbagai negara termasuk Indonesia. Fenomena ini biasa disebut juga dengan "Hallyu". Fenomena Hallyu muncul karena masyarakat Indonesia mulai mengalami perombakan akulturasi budaya, dimana budaya-budaya dari Korea Selatan mulai masuk ke Indonesia dan kemudian diadopsi oleh masyarakat Indonesia. 

Hal ini karena pengaruh minat dari "Korean Wave" sangat besar, yang awalnya hanya sebuah budaya, namun sekarang menjadi brand image dari Korea. Korean wave merupakan cara penyebaran produk Korea yang menarik untuk memperkenalkan Negara Korea Selatan.

Istilah demam Korea (Korean Wave) muncul pada pertengahan tahun 1999 yang digagas oleh jurnalis asal Beijing, Cina. Ia terkejut karena kepopuleran dari Korean wave ini berkembang sangat pesat di Cina. Namun, fenomena dari gelombang Korea secara global telah ada sejak awal abad ke 21. Hingga saat ini popularitas dari Korean wave semakin meningkat ke segala penjuru dunia, tidak terkecuali Indonesia. Bahkan peminatnya pun semakin banyak dan dari berbagai kalangan.

Perkembangan teknologi secara masif merupakan salah satu faktor besarnya antusiasme masyarakat terhadap budaya Korea di Indonesia. Demam Korea mulai diminati saat berbagai produk Korea mulai menghiasi layar kaca televisi Indonesia. Produk Korea yang sukses menarik perhatian masyarakat Indonesia diantaranya ada musik, drama, fashion, make up dan Korean skincare, variety show, hingga kuliner. Fenomena ini secara sadar atau tidak mulai dijadikan ladang bisnis oleh perusahaan dari Korea. Salah satu produk Korea yang menjadi perhatian khusus pemerintahnya adalah industri musik. Dimana K-pop (Korean Pop) merupakan musik pop dari Korea Selatan yang menjadi salah satu sub-sektor dunia hiburan yang mengangkat perekonomian Korea Selatan. 

Kepopuleran musik K-pop ini mulai menimbulkan kefanatikan pengemar terhadap artis idolanya. Pengemar fanatik dari K-pop biasanya akan melakukan imitasi, yaitu suatu tindakan mengamati dan belajar dari perilaku, gaya bicara, atau gaya berpakaian dari artis idolanya. Perilaku ini tentunya memiliki pengaruh positif dan negatif, bergantung dari sisi mana orang ingin melihat dan melakukannya. 

Ketika perilaku imitasi ini dilakukan pengemar dengan mengamati gaya fashion artis K-pop yang fashionable, maka hal tersebut bisa menjadi positif karena dengan berpakaian mengikuti trend fashion dapat membuat seseorang menjadi rapi dan memperhatikan penampilan. Namun, jika perilaku imitasi ini dilakukan untuk pemuasan diri sampai diluar batas kemampuan, seperti hedonisme. Maka hal tersebut dapat membawa pengaruh negatif untuk seseorang.

Beberapa tahun terakhir Indonesia menjadi peringkat pertama dalam daftar negara yang ramai membahas tentang K-pop di Twitter. Hal ini sudah tidak asing lagi, sebab negara Indonesia memiliki jumlah penduduk terbesar keempat di dunia dan masyarakatnya yang mudah menerima budaya baru dari luar. Pada tahun 2021 saja, negara Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara yang paling banyak men-tweet terkait artis atau boyband dan girlband Korea, diikuti negara Filipina, Korea Selatan, Thailand, dan negara-negara lainnya. 

Tidak hanya itu saja, antusiasme K-popers Indonesia terhadap musik pop Korea juga terlihat dari banyaknya viewers di Tiktok dan Youtube saat menonton video-video K-pop. Berdasarkan rilisan media (Won So, 2020) negara Indonesia menempati posisi kedua dengan persentase 9.9% dan posisi pertama ditempati oleh tuan rumah Korea Selatan dengan persentase 10.1%.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun