Tubuhku layu, dadaku nyeri, bahkan tak jarang darah berbentuk dahak maupun cairan keluar dari hidung dan mulutku. Sudah dua minggu kondisiku seperti ini. Berobat di berbagai tempat sudah kulakukan tetapi kesembuhan tak juga aku dapatkan.
Gubrak ... . Terdengar riuh orang bertengkar. Sudah biasa aku mendengar suara jahanam seperti ini. Namun tidak seperti biasa, suara ini berlangsung lama. Sudah tentu pelakunya tak lain adalah nenekku dan ibuku.
Dengan kondisi badanku yang lemas seperti ini, sulit jika ingin melihat kejadian di balik papan triplek yang menjadi sumber suara gaduh itu terdengar. Sesekali kepalaku terasa ditusuk seribu jarum ketika mendengar teriakan atau pukulan.
"Mau ikut bapak atau ibu?" aku sedikit bingung dengan pertanyaan ini. Apa maksud bapakku bertanya demikian, bukankah selama ini aku bersama mereka?
"Ikut ibu saja," jawabku dengan sedikit ragu. Aku memilih bersama ibu karena dia 24 jam berada di rumah sedangkan bapakku sering lembur.
Meskipun aku masih merasakan sakit, tapi setidaknya sudah bisa untuk berjalan. Darah pun sudah tidak lagi keluar dari tubuhku. Senang rasanya kesehatanku mulai pulih.
Rian, sepupuku menjadi obat bius untuk melupakan rasa sakit ini. Dia bisa berkamuflase menjadi  sosok kakak maupun adik bagiku. Usia kami terpaut lima bulan. Ketika dia mengajariku tentang suatu hal, saat itulah dia menjadi sosok kakak dan ketika dia membuatku geram, saat itulah dia menjadi sosok adik.
"Kamu ngumpulin pasir di sini, aku ambil gayung dan air dulu," seru Rian dengan wajah berlepotan ingus di pipi kanan dan kirinya. Kukeruk pasir di hadapanku dengan cepat. Saat ku menoleh ke arah rumah dengan pintu terbuka lebar, nampak tumpukan tas di depan kamar orang tuaku.
Tanganku ditarik ke atas hingga membuat tubuhku berdiri. "Mainnya udahan yuk," pinta ibuku. Beberapa tas telah berada di pundak dan tangan ibuku. "Ikut ibu yuk," ajakan ibuku ini benar-benar menggangguku saat bermain. Pikirku aku akan diajak belanja, tapi anehnya kenapa ibu bawa tas banyak. Rasanya ingin bertanya aku ini mau diajak ke mana, kesalnya bibirku sulit diajak kerja sama.
"Aku mau bilang ke Rian dulu ya bu?"