Mohon tunggu...
Novita Meilina Anggraini
Novita Meilina Anggraini Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis Dengan Riang

Saya belajar menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menyandang Title Mahasiswa di Perantauan

1 Juli 2022   14:12 Diperbarui: 1 Juli 2022   14:17 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Tidak semua wilayah menyediakan fasilitas sekolah hingga tingkat Perguruan Tinggi. Hal inilah yang menjadi alasan saya harus memiliki tempat baru sementara untuk mendapatkan pendidikan yang saya butuhkan. Waktu itu, saya masih terhitung beruntung karena merantau yang ga merantau beneran. 

Mungkin hanya seminggu atau dua minggu sekali pulang ke rumah untuk mengambil uang saku. Iya, orang tua saya menerapkan kebijakan anaknya harus pulang sekurang-kurangnya 2 minggu sekali. 

Kalau ga pulang? Ya harus terima resiko ngirit buat tetap survive di kota orang. Sebenarnya saya hanya merantau di kota sebelah yang berjarak 2-3 jam dari rumah. Tidak sejauh yang membuat saya hanya bisa pulang dalam kurun waktu persemester sih. Tapi inilah cerita saya. 

Tahun itu pertama kalinya saya terpisah rumah dan harus mengurus segalanya sendiri. Saya memutuskan untuk ngekost sendiri, naik motor sendiri, dan kegiatan lain yang semaksimal mungkin dilakukan sendiri karena akan sangat "pewekuh" rasanya kalau harus melibatkan orang lain. Kehidupan sebagai mahasiswa saya jalani dengan baik. 

Sebagai mahasiswa yang bukan berasal dari kampus grade A list reputable university, saya berusaha untuk memperluas pandangan saya dengan mengikuti kegiatan diluar kampus. Dan benar saya, saya menemukan tempat yang cocok untuk saya. Pada waktu itu, saya berperan sebagai seorang relawan. 

Dari sinilah saya brrtemu, berkenalan, dan memahami banyak hal baru yang belum saya dapatkan sebelumnya. Lebih dari sekedar berjejaring, dengan berbagai kegiatan didalamnya saya juga memperoleh giving thanks dalam bentuk materil yang sangat lumayan untuk saya. 

Sebagai mahasiswa yang berkuliah, kegiatan relawan ini saya batasi tidak boleh mengganggu jadwal dan kegiatan utama saya sebagai mahasiswa. Saya memprioritaskan pendidikan yang menjadi alasan utama saya berada di kota ini. Sehingga saya memutuskan untuk tidak meneruskan kegiatan relawan yang membuat saya semakin masuk dan sibuk yang memakan banyak waktu saya. 

Saya telah mengeliminasi satu kegiatan berharga saya yang memberi manfaat moril & materil. Tak mengapa, saya hanya berpikir dapat kegiatan lain yang juga seru. 2019, masuk ke semester baru mulai sibuk-sibuknya kuliah. 

Dari ngampus, praktek, hingga persiapan kkl. Setidaknya 1 tahun ini akan menguras biaya saya. Sebagai anak rantauan dengan budget pas-pasan tentu ini menjadi warning agar saya lebih berhati- hati dalam membuat pengeluaran. 

Pemasukan saya berasal dari 1 sumber utama yaitu orang tua, beruntungnya saya diajak teman- teman untuk mengikuti seleksi beasiswa PPA. Dan benar saja, saya diterima sebagai salah satu penerima beasiswa ini. Masuk lagi support dana yang saya miliki. 

Keajaiban lain datang dari arah yang taj terduga, ajakan untuk jadi MC di suatu acara event dari guru SMA saya ternyata berbuahkan giving thanks berbentuk uang. Ini sangat diluar dugaan karena saya menerima ajaka beliau berdasarkan kedekatan psikologis sebagai salah satu alumni di SMA. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun