Mohon tunggu...
Bahas Sejarah
Bahas Sejarah Mohon Tunggu... Guru - Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Menghargai Sejarah Bangsanya Sendiri

Berbagi kisah sejarah

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Main ke Banyuwangi? Jangan Lupa Mampir ke Benculuk

23 April 2023   16:00 Diperbarui: 23 April 2023   20:18 905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
De Djawatan Benculuk, Banyuwangi (sumber: dokpri)

Siapa sangka, dibalik berbagai destinasi wisata eksotiknya, Banyuwangi menyimpan sebuah lokasi yang istimewa. Lokasi wisata sejarah bertema alam yang dikenal dengan nama Benculuk ini, memang memikat para pengunjungnya. Tak lain karena sisi alami dari rimbunnya pohon trembesi, yang mirip dengan salah satu scene di film Lords of The Rings.

Walau terletak di Banyuwangi selatan, Benculuk dapat dikatakan tetap menjadi primadona. Khususnya bagi para petualang alam, yang ingin merasakan nuansa eksotis nan mistis rimbunnya vegetasi pepohonan disini.

Dari kota Banyuwangi, lokasi Benculuk kira-kira berjarak sekitar 30 km. Dapat ditempuh dengan berkendara atau menggunakan bus tujuan Terminal Genteng dan kereta api tujuan Stasiun Rogojampi. Nanti tinggal melanjutkan perjalanan menuju kecamatan Cluring. Lokasinya tidak jauh dari akses jalan utama di Cluring.

Tiket masuknya pun murah, hanya Rp. 7.500 sudah termasuk parkir. Lokasi ini memang masuk dalam area Perhutani. Jadi dikelola langsung oleh pemerintah bersama masyarakat setempat. Dahulunya memang dipergunakan sebagai area penimbunan kayu jati dan trembesi bagi perusahaan Belanda. Namun sejak tahun 1962, area ini sudah tidak dipergunakan lagi. Lantaran agak sulit dalam akses distribusi kayu.

Padahal pada awal pendiriannya, sebenarnya ada rute kereta api yang menghubungkan Stasiun Rogojampi dengan Stasiun Benculuk. Namun, pada tahun 1976, Stasiun Benculuk ditutup, karena memang tidak melayani lagi perusahaan De Djawatan. Selain karena rata-rata masyarakat di Cluring, tidak banyak yang menggunakan layanan kereta api sebagai moda transportasi utama.

Ada beberapa aspek yang membuat masyarakat Cluring menganggap area Benculuk sebagai tempat sakral. Hal ini berangkat dari kepercayaan lokal yang kerap mengkaitkan beberapa titik lokasi sebagai pintu kerajaan gaib. Apalagi banyak kalelawar yang makin membuat suasana semakin "mencekam". Nah lho...

Maka, jika menjelang magrib, para pengunjung disarankan untuk pulang lebih awal. Selain para penjaja makanan dan minuman sudah bersiap pulang sejak pukul 16.00. Dalam keterangan loket, De Djawatan ini memang tutup pukul 17.00. Jadi sebaiknya jangan melanggar pantangan yang disarankan ya sobat petualang. Khususnya untuk para muda mudi, sudah sepatutnya untuk menjaga sikap selama berkunjung.

Rimbun trembesi di Benculuk, Banyuwangi (sumber: dokpri)
Rimbun trembesi di Benculuk, Banyuwangi (sumber: dokpri)

Ada baiknya pula jika para pengunjung juga menjaga kebersihan area wisata alam ini. Agar tidak merusak keasrian dan keindahan yang tersaji. Benculuk atau De Djawatan, adalah wisata alam yang hidup dan tumbuh. Ia terus berkembang seiring lebatnya pepohonan yang tinggi menjulang. 

Banyak wahana yang juga dapat mengedukasi anak-anak disini. Sebagai area terbuka, tentu para pengunjung juga dapat menjaga diri. Karena sewaktu-waktu ranting pohon dapat jatuh kapan saja. Entah karena termakan usia, atau karena binatang dan angin. Apalagi jika musim kemarau tiba. Dahan-dahan kering bisa berbahaya jika mengenai kepala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun