Mohon tunggu...
Bahas Sejarah
Bahas Sejarah Mohon Tunggu... Guru - Bangsa Yang Besar Adalah Bangsa Yang Menghargai Sejarah Bangsanya Sendiri

Berbagi kisah sejarah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kereta Api Indonesia: Eksotisme Jembatan Kereta Masa Lampau di Jawa Barat

19 Februari 2023   18:30 Diperbarui: 19 Februari 2023   19:00 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan Cisomang lama (sumber: istimewa/tropenmuseum/wereldculturen.nl)

Kali ini sobat kereta akan menyajikan pemandangan eksotik bagi penyuka kereta api. Inilah wujud kebesaran perusahaan kereta api di masa Hindia Belanda. Dengan anggaran yang luar biasa besar, dan disertai tenaga atau sukarelawan dari rakyat yang konon sangat antusias bila mendengar kabar mengenai perkeretaapian.

Apalagi, moda transportasi massal yang sangat digandrungi sejak mula dibukanya, telah memberi kontribusi yang sangat penting bagi rakyat pada masa lalu. Khususnya bagi kepentingan mobilitas ataupun ekonomi, yang tidak lagi memerlukan waktu dan tenaga besar. Sekiranya sejarah Indonesia mencatatnya demikian.

Apalagi kalau bukan kereta api berikut jalur rel yang mampu memberi pemandangan menakjubkan. Seperti apa yang disajikan pada gambar diatas dengan panorama bentang persawahan di bawah Jembatan Cikurutug, Kab. Bandung Barat. Kurang lebih ada sekitar 10 jembatan kereta api di rute Cilame-Padalarang.

Yap, khususnya di daerah Priangan (Jawa Barat), konon para pekerja pembuka jalur kereta api adalah para rakyat dari daerahnya masing-masing. Walaupun dengan upah yang rendah, tetapi upaya membuka jalur-jalur kereta api sudah seperti membuka peluang besar bagi rakyat dalam berbagai keperluan aktivitasnya.

Terlebih di daerah ini merupakan salah satu penghasil sumber alam yang melimpah, khususnya dalam bidang pertanian. Jadi tidak mengherankan, jika kebutuhan terhadap kereta api menjadi hal utama bagi rakyat. Apalagi ketika terlibat dalam sebuah proyek pembangunan jembatan kereta api.

Bukan sekedar modal besar yang dikeluarkan oleh perusahaan, melainkan modal tenaga dari rakyat. Kita pahami, bahwa pada masa lampau, alat-alat berat dalam hal konstruksi belumlah memadai seperti saat ini. Kegiatan pengerukan dan pembukaan lahan dilakukan dengan alat seadanya. Hingga pemindahan tanah pun dilakukan hanya dengan keranjang anyaman bambu.

Bayangkan, berapa juta kubik tanah yang harus dipindahkan secara gotong royong? Sangat mengherankan, jika proyek-proyek besar semacam itu justru dapat diselesaikan dengan waktu singkat. Kiranya mencapai ratusan atau bahkan ribuan orang terlibat dalam proyek kereta api itu. Seperti pada proyek pembangunan Jembatan Sinapeul dan Tarengtong berikut ini.

Apabila jalur kereta api menghadapi medan yang curam, maka proyek dikerjakan menggunakan sistem penopang rangka baja di dasar pondasinya. Rangka baja berbentuk kerucut atau segitiga dengan ukuran besar menjadi solusi alternatif seperti pada Jembatan Cikubang di Sasaksaat, Kab. Bandung Barat. Tentunya dengan jarak yang rapat diantara pondasinya.

Yap, Jembatan Cikubang ini merupakan jembatan kereta api terpanjang di Indonesia. Dengan panjang total 300 m, dengan ketinggian sekitar 62 meter dari bawah pondasinya. Terdapat beberapa ruang bersandar di sisi kiri dan kanan jembatan, yang berguna untuk tempat menepi bagi petugas inspeksi.

Pada beberapa kali peremajaan, Jembatan Cikubang mengalami penambahan pondasi rangka baja guna memperkuat daya topangnya. Tujuannya tidak lain agar jembatan ini sanggup menahan beban kereta api yang semakin hari semakin besar. Baik dalam jumlah gerbong penarik penumpang ataupun barang.

Namun berbeda dengan proses pembuatan Jembatan Cirahong, yang berada di Cirahong, Kab. Ciamis. Memiliki panjang sekitar 202 m dengan konsep dua tiang penyangga di ketinggian 46 m. Pada jembatan ini dibuat pula jalur kendaraan yang berada di bawahnya. Dengan tingkat atas sebagai jalur kereta api, dan jalur bawah sebagai jalur penghubung jalan raya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun