Mohon tunggu...
Novita Bayuarti
Novita Bayuarti Mohon Tunggu... Penulis - penyuka dunia sastra, seni dan budaya

penyuka dunia sastra, seni dan budaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengeluhkan Para Pengeluh

22 Desember 2012   16:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:11 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda pernah dikeluhi teman tentang pacarnya yang beginilah-begitulah, tapi teman anda tetap saja berpacaran dengan orang yang di maksud. Atau seorang teman yang mengeluhkan tentang pekerjaaannya yang begini-begitu, tapi orang itu tetap saja bekerja di tempat kerja yang sama. Atau mungkin seorang istri yang mengeluhkan sering ditinggal suami, yang kehidupannya lagi-lagi beginilah-begitulah, tapi tidak sadar bahwa uang yang ia pakai tiap kali belanja, ke salon adalah hasil kerja sang suami.

Orang-orang ini sepertinya tidak menyadari bahwa kalau saja mereka tengok sedikit ke kanan atau kiri mereka, ada banyak jomblowan dan jomblowati di luar sana yang sedang gundah gulana; ada mereka yang belum memiliki pekerjaan tetap, kerja serabutan sana-sini; ada istri yang tiba-tiba harus menjadi orangtua tunggal karena suaminya yang seorang pilot meninggal dalam kecelakaan pesawat terbang.

Para pengeluh ini sepertinya lebih sering menjadikan dirinya sebagai objek yang paling menderita di muka bumi. Sering kali lupa hal-hal lain di sekelilingnya. Kita sebagai seorang teman yang ‘baik’ tak jarang hanya bisa memasang wajah datar ditambah sedikit senyum yang terpaksa dibuat-buat, saat mendengar teman kita yang pengeluh ini mengeluhkan tentang dirinya. Sementara di dalam hati berharap ada kolega atau klien atau telpon salah sambung sekalipun, supaya punya alasan untuk cepat-cepat meninggalkan teman kita yang pengeluh tersebut.

Antara laki-laki dan perempuan, sepertinya perempuan lebih memiliki kecenderungan suka mengeluh. Bukan berarti tidak ada laki-laki pengeluh. Kebetulan saja saya seorang perempuan, jadi di sini saya melihat dari sudut pandang ini.

Sebenarnya kenapa orang mengeluh? Mungkin karena merasa tidak sanggup menahan permasalahannya seorang diri sehingga ia mengutarakan persoalaan yang sedang dihadapinya kepada orang lain. Nah, bedanya orang yang benar-benar sedang menghadapi masalah dengan para pengeluh adalah, yang satu mau mendengar, yang satunya hanya mau didengar.

Jika teman anda mengeluhkan tentang suatu permasalahan pada anda, kemudian anda memberikan masukan dan ia mendengarkan, lalu coba mengatasi permasalahan tersebut, dia bukan pengeluh. Tapi jika teman anda mengeluhkan tentang suatu hal, hingga berulang-ulang, dan ketika anda memberikan masukan, saya yakin sekali, ia akan berhenti mengeluh kepada anda, namun bukan karena ia mendengarkan masukan anda akan tetapi karena anda tak lagi mendengarkannya, dan kemudian ia pun akan mencari orang lain untuk memperdengarkan keluh-kesah yang sama.

Lantas bagaimana? Katanya kalau punya permasalahan tapi dipendam sendiri bisa-bisa jadi penyakit hati. Saya sering mendengar kalimat ini: Tuhan tidak akan memberikan cobaan di luar kemampuan kita. Betul? Nah kenapa kita tidak mengeluh saya pada Sang Pemberi ‘permasalahan’ tersebut. Kita bisa mengeluh sepanjang yang kita mau, menangis sejadi-jadinya dan bilang: “Ya Tuhan, permasalahan ini terlalu berat untuk saya hadapi. Saya mohon ringankanlah beban permasalahan ini.” Pinjam kalimat uztad Yusuf Mansur: ”Hajar tuh masalah pakai 1000 kali shalawat tiap harinya.” Saya yakin agama-agama lain pasti juga mengajarkan cara yang serupa.

Jadikan Tuhan-mu sebagai pendengar keluh-kesah dan penjaga hati-mu. Aih, indah bukan? Tapi kemudian ada teman yang nyeletuk: “Kalau nggak percaya Tuhan gimana?” Saya cuma bisa bilang: “Ya itu Derita Loe!”

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun