Oleh: Novita Ekawati
"Bentuk perbuatan yang paling nyata itu hanyalah kerangka yang tegak, sedangkan hakikatnya adalah wujud rahasia keikhlasan."
"Dan sembahlah Dia dengan mengikhlaskan ibadah semata-mata hanya kepada-Nya. Kamu akan dikembalikan kepada-Nya sebagaimana kamu diciptakan semula." (Q.S Al-A'raf: 29)
Kita tidak pernah sadar bahwa dalam berbuat semua punya nilai tersendiri di mata Allah, baik itu benar ataukah salah dalam pandangan manusia. Setidaknya Allah selalu punya nilai dalam setiap aktivitas yang kita kerjakan. Seringkali kita berbuat menurut kehendak yang kita fikir adalah sesuatu yang benar, namun ternyata itu sesuatu yang salah di hadapanNya.
Kita tau bahwa yang kita kerjakan selalu punya nilai, jikapun tidak berarti tetaplah itu nilainya sama di hadapan mahluk. Dan itu tergantung bagaimana kita mengupayakan sesuatu yang ingin kita lakukan tersebut. Jika standarnya keridhoan Allah semata dan bukan yang lain, maka sebanyak apapun pujian ataupun cacian yang datang pada kita tidak akan mempengaruhi amal atau perbuatan yang kita kerjakan. Karena kita berharap ridhonya Allah SWT bukan ridho manusia dan mahluk Allah lainnya.
Dari situ kita sadar, bahwa jika kita bertolak ukur pada kesenangan dan kenikmatan dunia yang tidak berarti, maka itu akan melelahkan buat kita berbuat. Bagaimana tidak, sedangkan ketika kamu berharap imbalan dari jasamu yang telah kamu perbuat tapi kamu tidak mendapat balasan yang sama dari yang kamu kerjakan, tentu saja kamu marah dan mengungkit semua perbuatan baikmu kepada mahlukNya atau bahkan kamu bisa mengungkit sesuatu yang dikerjakan untuk Rabb mu (Allah azza wajalla)
Kita melihat bahwa amal atau perbuatan itu hanya kerangkanya saja, sedangkan keikhlasan di dalam hati itu adalah sesuatu yang mengisi di dalam kerangka sangkar tersebut.
Jika ikhlasmu hilang dari perbuatan atau amalmu maka hilanglah semua rasa yang harusnya indah kamu dapatkan di akhirat nanti.Â
Tapi jika kembali pada yang kamu kerjakan adalah sesuatu yang kamu berharap kecintaan dan keridhaan Allah semata, maka semua singkiran yang dibuat manusia dan mahluk- mahluk Allah lainnya tidak akan berpengaruh untuk kamu terus beramal sholeh dan taat.
Sebagaimana Rasulullah Saw mengajarkan kita, bahwa dalam peristiwa Thaif, ketika Rasulullah SAW datang bersama para sahabat mencari perlindungan, beliau malah dilempari batu hingga berdarah. Dalam kondisi yang demikian, ternyata bukan kemarahan dan dendam yang ditunjukkan Rasulullah saw. Beliau malah mendoakan orang-orang yg melemparinya agar segera mendapat hidayah dari Allah SWT. Padahal, para malaikat yg diutus oleh Allah SWT telah menawarkan kepada beliau untuk menghukum mereka. Ibaratnya kalau Rasulullah bilang "iya" saja kepada malaikat, maka itu orang-orang yang berbuat jahat kepada Rasulullah akan langsung dihukum dan di azab oleh Allah SWT.
Tapi Rasulullah SAW menolak tawaran tersebut, malah beliau berbuat kebaikan kepada orang-orang yg menzalimi tersebut dengan mendoakan mereka agar mendapat hidayah. Terbukti, sebagian besar dari mereka memeluk agama Islam dan menjadi pembela Rasulullah paling depan di medan-medan perang.
Masya Allah, Inilah kehebatan dari seorang Nabi Muhammad saw yang membalas kejahatan dengan penuh kebaikan, dan akhirnya justru malah kemenangan yang didapat, yaitu orang-orang yang tadinya kafir dan memusuhi, malah berbalik memeluk agama Islam karena akhlak terpuji yang ditunjukkan oleh Rasulullah saw.