Mohon tunggu...
Novita Anggraini
Novita Anggraini Mohon Tunggu... Jurnalis - Tokoh Publik

Saya terlahir dengan berjuta mimpi,bagi saya menulis itu sebuah ketenangan yang mampu mengantarkan saya kemana saja untuk menggapai mimpi saya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sementara

4 November 2022   00:12 Diperbarui: 4 November 2022   00:16 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri: Novita Anggraini

Haii? 

Bagaiamana dengan kabarmu hari ini? 

Sulit sekali rasanya aku menjelaskan (aku menatapnya)

Titik terendah yang selalu menjadi kesan menyakitkan dalam kehidupan setiap insan. Bukan hanya aku bahkan kamu yang turut membaca tulisanku dimalam ini. Aku adalah sosok perempuan yang terbilang begitu riang menikmati sandiwara kehidupan. Terlihat sangat indah walau akhirnya melelahkan.

Aku menyimpan rapi semua kenangan dalam memoriku,baik buruknya sudah kurangkum menjadi bab-bab pendewasaan,dimulai dari pendahulan dan diakhiri dengan kesimpulan tapi itu sangat berkesan. 

Datang dan pergi itu menjadi sebuah pertemuan yang membawa banyak pelajaran untuk aku dan dia ataupun mereka yang pernah hadir dalam kehidupanku. 

Kamu sudah lama mengenalku bukan? Bahkan sampai saat ini aku ada untukmu. (begitu meyakinkan) 

Iya aku tau,bagaimana kamu..

Tetapi ini tidak tentang kamu saja,ini tentang harap yang tak berujung.

Coba kamu dengar, ini sebuah perumpamaan...

"banyak yang hadir silih berganti,baik itu datang dan pergi, cepat atau lambat itu terjadi, bagaimana aku bisa yakin dengan perkataanmu hari ini,aku ditakut bergantung oleh harap perkataan"

Aku saat ini hanya bisa meyakinkan bahkan untuk sebuah pembuktian pun tak cukup bagimu..(menghela nafas panjang) 

Bagaimana aku bisa yakin bahwa aku percaya "Come and Go" itu menjadi proses pendewasaan  dan semua itu hanya sementara.

Hari ini aku banyak sekali belajar tentang memberi dan menerima dan aku tidak boleh memaksa seseorang untuk selalu ada, bahkan disaat aku butuh aku hanya bisa berkeluh kesah kepada sang pencipta. 

Kala itu aku begitu yakin dengan sandiwara dunia melalui perantara manusia lalu aku dihantam dengan rekayasa yang  membuatku kecewa. 

Aku berjalan sendirian dan aku terus meyakinkan bahwa datang dan pergi itu akan menjadi sebuah perpisahan manis yang berawal dari pertemuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun