Mohon tunggu...
Novita Anggraini
Novita Anggraini Mohon Tunggu... Jurnalis - Tokoh Publik

Saya terlahir dengan berjuta mimpi,bagi saya menulis itu sebuah ketenangan yang mampu mengantarkan saya kemana saja untuk menggapai mimpi saya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Believe

14 Oktober 2022   12:14 Diperbarui: 14 Oktober 2022   12:15 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri : Novita Anggraini

Malam yang semakin larut,perasaan begitu kalut,membuatku harus dan terus meyakinkan diri bahwa akan ada jalan untuk hari esok lebih baik dari hari sebelumnya.
Mimpi buruk yang mematikan membuat rasa percaya diri itu kian mendekap lebih dalam,tatapanku yang kini tak lagi setajam dulu,mengakhiri langkahku untuk masa depan.


Aku harus mengulang untuk sesuatu yang dulu dengan mudahnya aku dapatkan tetapi tidak untuk sekarang.
Berkali-kali aku ucapkan bahwa "aku bisa" tetapi sayang sekali sudah berkali-kali aku mencoba, tetapi tetap tidak bisa untuk aku memaksakan keadaan kembali normal.
Aku hanyalah manusia yang bisa berencana untuk menata,tetapi tidak bisa memastikan untuk menjadi realita yang sesungguhnya.

Aku Flo Valenticia yang saat ini hanya duduk manis di kursi roda,penuh harap yang tak terkira,sampai kapan waktunya?
Tak henti-hentinya aku melantunkan do'a...
Pesan ibuku "apapun yang terjadi itulah yang terbaik untukmu,jangan pernah mengeluh dan bersabarlah."
Aku selalu mengiyakan apa yang ibuku ucapkan walaupun hati ini sulit sekali menerima keadaan.


Waktu berputar begitu cepat tetapi aku masih saja seperti ini dengan setengah tubuh kaku yang tak lagi bisa merasakan.
Umurku yang teramat belia namun kini hidupku hancur karena tak lagi bisa memberikan kebahagiaan untuk wanita paruh baya yang kerap menangis tiap malam dalam do'anya. Terlintas pikiranku bahwa aku hanyalah beban,aku hidup dengan keterbatasan dan banyak sekali kekurangan.


Aku yang sering sekali berteriak meminta "tolong" dan aku yang sering sekali menangis karena "kesakitan". Tempo hari aku begitu kuat tak satupun yang aku takutkan,jalan yang terjal pun aku tempuh dengan penuh keyakinan.

Sosok gadis yang menginspirasi itu adalah aku,aku yang selalu menciptakan sesuatu hal yang begitu sederhana dan mengajak orang sekitarku untuk bisa melakukannya bersama-sama.
Satu persatu itu hanya menjadi kenangan manis yang tersimpan dan tersusun rapi lewat rekam jejak digital. Cukup lama aku menekuni sampai akhirnya aku bisa menjadi salah satu wanita yang menginspirasi.
Selalu ada cerita baik ataupun cerita buruk untuk menggapai sesuatu karena manusia jauh dari kata "sempurna".

Tetapi ntah kenapa kini hidupku semakin hari semakin tak ada harapan karena banyak sekali pertanyaan yang tak satupun bisa aku pertanggungjawabkan sampai untuk bercermin pun aku tak sanggup,aku tidak tau sampai kapan,tetapi aku selalu mencoba untuk meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja walau sering sekali merasa terasingkan.

Tetapi sungguh rencana Sang Pencipta itu membuatku "takjub" dengan keterbatasan aku saat ini,aku masih diberi kepercayaan dan banyak sekali peluang yang bisa aku manfaatkan walaupun kini aku hanya beraktifitas dengan kursi roda.

Aku masih bisa tetap menciptakan banyak hal dengan mentransfer ide dan gagasan itu lewat karya tulisku,aku masih bisa bekerja walaupun tidak bertatap muka. Sungguh nikmat itu luar biasa yang kini kian terasa bahwa tidak semuanya harus terlihat sempurna bahkan kekurangan itu bisa menjadi energi positif yang membawa aku lebih baik untuk menata kembali,biarpun aku harus tertatih untuk menjadi terlatih.

Awalnya aku tidak percaya bahwa aku bisa menerima dengan ikhlas,nyatanya 240 hari bisa terlewati dengan suka duka,semua tidak terlepas dari niat yang sesungguhnya untuk membahagiakan keluarga kecil yaitu ibu dan adikku. Wanita itu selalu menyambut kesedihanku dan mengelus dadaku dia adalah sosok ibu yang tegar. Dalam dekapannya aku selalu mengatakan "maaf jika saat ini aku masih saja membebanimu,yakinkan aku untuk bisa melewati ini karena ada harapan besar di setiap do'amu,aku yakin kekuatan do'a seorang ibu."(aku menangis terseduh).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun