Mohon tunggu...
Novita Anggraini
Novita Anggraini Mohon Tunggu... Jurnalis - Tokoh Publik

Saya terlahir dengan berjuta mimpi,bagi saya menulis itu sebuah ketenangan yang mampu mengantarkan saya kemana saja untuk menggapai mimpi saya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Setangkai Mawar

15 September 2022   20:09 Diperbarui: 15 September 2022   20:10 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pribadi :Novita Anggraini

Malam itu menjadi saksi bisu pertemuan kita yang berlanjut hingga aku begitu mencintaimu,tidak tau apa yang membuat aku nyaman dan nyaris tidak berpikir panjang untuk meninggalkan lelaki yang sudah bertahun-tahun menjalin hubungan asmara denganku.
Aku begitu terkesima melihat senyum manis di wajah ovalmu dan mata bulatmu yang terus saja memandangiku,itulah cerita awal pertama kali kita bertemu.
Argantara nama lengkapmu,nama itu terus-menerus menghantuiku,sejak malam itu tak sedikitpun aku berhenti memikirkan lelaki itu.
Aku meyakinkan hati untuk memilih lelaki yang baru saja aku kenal dibanding lelaki yang sudah lama menemaniku selama dua tahun. Lalu dengan mudahnya aku mengakhiri hubungan itu.
Tanpa alasan yang jelas aku menutup pesan itu dengan tegas.
Aku tak memikirkan perasaannya,aku pergi dengan lelaki yang baru saja singgah di hatiku.
Argantara adalah sosok lelaki tampan nan rupawan yang usianya terpaut jauh lebih tua dari aku.
Aku Clara Diana yang masih berstatus Mahasiswi begitu menyukai lelaki yang sudah berpengalaman dan aku akan terlindungi jika aku bersamanya. Malam itu aku menerima permintaannya.
Argantara mengendarai motor tua miliknya,ia memperlakukan aku seperti ratu dan dia adalah tuannya.

Setangkai mawar bak isyarat janji kesungguhan hati terlihat dari tatap matanya,sentuhan tangannya,mimik wajahnya. Membuatku tak bisa berkata apa-apa.
Tanpa suara aku mencoba menenangkan hatiku lalu menggenggam tangannya.
Berkali-kali aku bertanya dengannya "apakah ini sungguh?"
Lelaki itu menganggukkan kepalanya dengan sedikit senyum namun genggamannya semakin erat.
Perbincangan aku dan dia cukup lama membahas harapan kedepannya.
"Tak banyak harap yang ku titipkan dari lelaki yang baru saja aku kenal mungkin dengan bersamanya akan membentukku menjadi lebih dewasa."

Waktu berlalu begitu cepat,sudah satu bulan bersamanya hubungan mulai terasa hambar,ada saja yang berkurang darinya tampak tak seperti dulu,waktu untuk bertemu sudah tak lagi menjadi kebiasaan kami belum lagi rasanya sulit sekali berkomunikasi seaktif dulu.
Aku mencoba memahami kondisinya yang sibuk bekerja,tetapi tak bisa kupungkiri bahwa sebelumnya ia adalah sosok lelaki yang romantis dengan sikap manisnya yang selalu memberi kabar.

Dulu sulit sekali mendeskripsikan bagaimana tentang rasa kini seketika berubah menjadi hampa. Sama halnya dengan perlakuanku di masa lalu. Aku begitu mencintainya,aku merindukannya bahkan setangkai mawar itu masih kusirami setiap pagi dan sebelum aku terlelap. Aku tak ingin mawar merah itu layu walau semakin hari hatiku tak menentu.
Sendu begitu pilu goresan ini sungguh menyisakan ragu.
"Ada apa denganmu?"

Hatiku tak tenang jika tak mendapat kabar tentang dirinya,begitu sibukkah?hingga tak ada waktu untuk menghubungiku,bukan sehari tetapi sudah satu minggu tak ada telvon masuk darinya.
Aku mencoba untuk menerima bahwa ini adalah kesalahanku yang terlalu cepat mengambil keputusan.
Disaat kekasih di masa lalu ku begitu sungguh aku malah memilih lelaki yang hanya singgah.
Tentu saja ini hanya sebuah permainan "bagaimana ia memperlakukan wanita dengan caranya yang manis untuk mendapatkan hatiku disaat itu."
Aku terlalu bodoh dengan cepat memberi jawaban lantas siapa yang akan bertanggung jawab akan ketidakpastian.
Setangkai mawar itu tepat di hadapanku,pelik sekali melesapkan ingatan tentangnya.
Penyesalan ini akan membentuk diriku menjadi lebih dewasa bahwa tak semudah itu mempercayai lelaki yang ber-ikrar dari mulut manisnya. Bahkan hitam diatas putih saja bisa di ingkari apalagi perjanjian tanpa di dasari akad. Argantara hanyalah pelipur hati yang kini telah pergi meninggalkan  kesan memilukan.
Tak usah sesali keputusan yang pernah engkau ambil di kala itu sesungguhnya tak ada yang tau alur ceritanya,anggap saja engkau sedang bermain peran dan sedang mendalami perannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun