Mohon tunggu...
Novi Saptina
Novi Saptina Mohon Tunggu... Guru - Guru berprestasi di bidang bahasa dan menaruh perhatian pada kajian sosial dan budaya

Penulis adalah guru. Dalam bidang seni, dia juga menulis skenario drama musikal dan anggota paduan suara. Penulis juga sebagai pengurus lingkungan sekolah. Pada jurnalistik, penulis adalah alumni Akademi Pers dan Wartawan dan turut berpartisipasi sebagai kolumnis koran hingga saat ini

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Cerita Lucu di Bulan Puasa

22 Mei 2018   20:30 Diperbarui: 22 Mei 2018   20:38 2051
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bila bulan puasa tiba, saya selalu ingat bulan-bulan puasa sebelumnya. Banyak cerita bila bulan ini tiba. Ingatan saya melayang ketika anak saya masih berumur lima atau enam tahun.

Di bulan puasa memang istimewa, banyak yang harus disediakan. Makanan berbuka puasa, makanan sahur dan buka diluar, baju lebaran , untuk untuk wisata nanti kalau libur lebaran. Wah banyak nian.

Sebetulnya pasti ada THR dari kantor, namun sepertinya sayang kalau THR itu harus dipergunakan untuk semuanya itu. Bagi saya, kalau bisa THR itu saya gunakan untuk sodaqoh atau zakat dan sisanya ditabung. Untuk keperluan puasa dan hari raya, harus bisa menggunakan untuk pos biasanya.

Bila dipelajari sebagaimana yang saya baca di Kompas ataupun di media lain, THR itu memang tidak boleh atau kalau bisa tidak digunakan untuk hingar-bingarnya suasana lebaran. Alasannya, bisa-bisa sesudah lebaran sudah tidak mempunyai apa-apa lagi. Apalagi untuk keperluan lebaran itu sampai berhutang, maka ini bukan cara hidup yang baik.

THR Untuk Pembangunan Diri

Pernah saya membaca tentang penggunaan THR yang baik yaitu untuk pengembangan diri, misalnya bila seorang yang mendapat THR itu pegawai yang masih berkembang sebaiknya THR itu bisa digunakan untuk menambah keahlian untuk meningkatkan diri, misalnya sekolah lagi atau meningkatkan kompetensi lainnya, sehingga menjadi pegawai yang mempunyai kompetensi yang tinggi dan makin membuat pegawai itu mempunyai kelebihan.

Bagi saya yang waktu itu juga masih menjadi pegawai biasa, saya juga menggunakan THR itu dengan sejuta pemikiran. Saya selalu menggunakan THR itu untuk sodaqoh pada siapa yang saya pandang membutuhnya kira-kira habis setengah dari THR itu, sedangkan setengahnya ditabung. 

Pertimbangan untuk keputusan ini karena barang siapa yang memberi sodaqoh dalam keadaan lapang atau sempit Allah akan menggantinya 700 kali lipat seperti sebiji padi yang ditanam, lalu tumbuh tujuh ruas. Dari tujuh ruas masing masing akan tumbuh padi lagi sampai 700 kali.

Maka saya selalu meniatkan sodaqoh untuk kekayaan saya dalam segi spiritual atau keimanan dan keyakinan seperti itu untuk dunia sana. Sedangkan yang setengah lagi saya tabung , itu adalah kekayaan yang riil didunia ini, yaitu dunia yang fana ini.

Saya berpikir ini lucu. Saya menghitung-hitung seperti ini tentang kekayaan dalam segi dunia sana, juga tabungan di dunia disini. Percepatan kelipatannya dihitung-hitung sangat lebih cepat kekayaan versi dunia sana, sambil berharap siapa tahu percepatan 700 kali lipat itu juga datang di dunia ini. Dalam hati yakin seperti itu, meskipun tidak terlalu dipikirkan.

Setiap saya menerima THR, saya mencatat siapa saja calon-calon orang yang membutuhkan menurut saya. Semua catatan itu berusaha saya penuhi. Di depan mata selalu terbayang akan berlipat menjadi 700 kali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun