Mohon tunggu...
Novi Saptina
Novi Saptina Mohon Tunggu... Guru - Guru berprestasi di bidang bahasa dan menaruh perhatian pada kajian sosial dan budaya

Penulis adalah guru. Dalam bidang seni, dia juga menulis skenario drama musikal dan anggota paduan suara. Penulis juga sebagai pengurus lingkungan sekolah. Pada jurnalistik, penulis adalah alumni Akademi Pers dan Wartawan dan turut berpartisipasi sebagai kolumnis koran hingga saat ini

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Langit Biru, Sebuah Generasi Milenial

3 November 2017   19:06 Diperbarui: 3 November 2017   19:10 6501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Apakah generasi milenial menyukai kisah hero ini? Tentu saja suka. Itu inspirasi pantang menyerah dan kebanggaan mempersembahkan karya besarnya untuk negara dan pemimpinnya. Kebanggaan yang tidak bisa ditukar oleh apapun. Dan cerita seperti ini mahal harganya, tidak sembarang orang bisa bercerita seperti ini, karena memang tidak mempunyai pengalaman srperti itu, yang harus dibayar mahal dengan harta benda dan jiwa raga.

Kebiasaan generasi milenial yang kritis dan dan teliti, menjadikan generasi inipun kritis dan analisis terhadapa perilaku hero para pahla2qn yang akhirnya berguna untuk memotivasi mereka untuk sukses.

Dan masih banyak pahlawan-pahlawan yang menginspirasi Dan kenyataan Willian Tanuwijaya juga belajar dari para pahlawan gigih bambu runcing, dan besarnya harapan yang ada didada para pahlawan itu dan diterapkan dengan perjuangannya kini

"Beri aku sepuluh pemuda, maka akan kuguncangkan dunia", begitu kata Soekarno, melukiskan kehebatan pemuda yang memang diperhitungkan dalam suatu negara. Yang sejak masa pergerakan yaitu ketika organisasi pertama didirikan dari pemuda yang tergabung dalam Boedi Oetama yang merupakan para mahasiswa kedokteran yang bergerak pertama, sambung menyambung sampai masa kemerdekaan, sumpah pemuda, reformasi, hingga kini generasi Langit Biru yang tetap mewarnai sejarah kini.

Maka pernyataan Soekarno itupun bukan tanpa makna. Memang sarat makna.

Asupan Makanan

Kreasi anak muda di dunia digital makin berkembang, seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi. Mereka terbiasa memiliki beragam aktifitas dan berkreasi dengan gaya hidup yang dinamis melalui media. Mereka juga disebut generasi C.

Generation C atau Gen C mempunyai ciri khas Conected, Creative, Comunicating, Content Centris, Computerized, Community Oriented, always Cliking, dan Creative change. Mereka menghasilkan karya teknologi digital sampai ke mancanegara.

Generasi ini harus sehat untuk potensi karyanya. Maka asupan gizi generasi C harus bagus, terpenuhi dengan baik pula. Dengan gizi yang seimbang, tuntutan untuk selalu aktif makanannya juga praktis. Membuat sendari makanannya lebih sehat.Black tea yang kaya anti oksidan, vitamin C yang akan menjaga daya tahan tubuhnya. Agar jangan mudah jatuh sakit, hingga bisa berkarya selalu. Juga basic protein, karbohidrat, vitamin dan mineral yang cukup.

Semua kecukupan gizi itu agar bisa menunjang tubuhnya yang penuh energi menciptakan karya-karyanya. Agar bisa menjadi sumbangsih bagi negerinya.

Betapa bangga Indonesia mempunyai generasi milenial seperti ini. Generasi yang pandai dan bisa membantu pembangunan pemerintah, agar Indonesia menjadi negara yang diperhitung. Namun lebih bangga lagi bila semuanya bersikap seperti William Tanuwijaya yang menghargai para pahlawannya. Yang dahulu sudah berkorban jiwa dan raganya untuk negaranya. Makin bangga lagi generasi yang hebat, menghargai pahlawan, cinta negri dan bertaqwa pada Tuhan YME. Seperti ketika para pemuda se-Indonesia karena rindunya pada Persatuan Bangsa, mereka bertemu untuk masing-masing bersumpah menjadi putra bangsa. Meskipun laut dan pulau memisahkan mereka, mereka berani untuk bersatu demi kepalan tangan dan teriakan Indonesia.

Negri ini juga mendambakan penguhuninya seperti itu...

Agar para Pahlawan bangga dengan cucunya....

Novi Saptina

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun