Berbagi Praktik Baik dalam Pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar
Bagi semua kalangan yang berkecimpung di dunia pendidikan, terkhusus dunia persekolahan yang di dalamnya terdapat para guru, istilah Platform Merdeka Mengajar ini sudah bukan istilah yang asing lagi. Hampir berlangsung dua tahun ini istilah ini menjadi bahasan familiar. Platform Merdeka Mengajar yang lebih dikenal dengan PMM ini digulirkan saat bersamaan dengan launching Kurikulum Merdeka episode ke-15 pada Program Merdeka Belajar oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi pada tanggal 11 Februari 2022.
Namun, apakah selama kurun waktu dua tahun itu para guru sudah dapat memanfaatkan PMM secara optimal? Apakah semua guru sudah bisa mengakses PMM untuk kebutuhannya dalam memahami tentang Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) di satuan pendidikan? Adakah guru yang sama sekali belum mengetahui adanya Platform Merdeka Mengajar sampai saat? Apakah yang menjadi hal tersulit saat melakukan pelatihan mandiri di PMM?
Untuk menjawab semua tanya yang diuraikan di atas, saya mencoba untuk memberikan jawaban dengan “sedang berproses”. Jawaban itu berdasarkan fakta dan realita yang saya dapatkan dari sekolah-sekolah. Saya sebagai Pengawas Sekolah yang senantiasa mendampingi mereka para guru dalam melalukan perubahan-perubahan atau kebijakan-kebijakan terbaru dari pemerintah. Mengapa pula saya menjawab “sedang berproses”? Hal ini mengingat saat ada evaluasi dari Tim PMO Pusat yang disajikan selalu data pemanfaatan PMM oleh guru-guru yang terlihat di dashboard dengan hasilnya selalu masih jauh dari harapan.
Data tersebut kadang-kadang dalam tempo satu sampai dua bulan progresnya masih belum naik signifikan. Seakan-akan tidak ada pergerakan dalam meningkatkannya. Namun, setelah saya mencoba untuk terus mencari tahu tentang pemanfaatan PMM di sekolah, barulah terungkap sedikit demi sedikit fakta-fakta dan realita yang ada di sekolah. Beragam kata yang menjadi permasalahan tentang pemanfaatan PMM oleh guru-guru di sekolah. Mengapa data yang tertera di dashboard lambat bergerak karena fakta dan realita yang ditemukan di sekolah.
Apa saja fakta yang di dapat dari sekolah sehingga Platform Merdeka Mengajar belum optimal dilaksanakan. Pertama, masih ada guru yang belum bisa login ke PMM. Hal ini disebabkan ada guru yang belum memiliki akun belajar. Kedua, masih ada beberapa guru senior yang belum bisa menggunakan IT sehingga tidak bisa memanfaatkan PMM. Ketiga, dari hasil pemantauan yang saya lakukan, masih ada guru yang belum merasa membutuhkan PMM sebagai sumber belajar untuk memahamkan tentang Kurikulum merdeka. Keempat, masih ada guru yang beranggapan bahwa ketika sekolahnya masih menerapkan kurikulum 2013 dengan pilihan mandiri belajar tidak perlu melakukan pelatihan mandiri di PMM. Kelima, masih ada kendala di aksi nyata pada saat guru menyelesaikan satu topoik di PMM. Keenam, masih belum menjadi budaya untuk saling berbagi praktik baik antara para guru di dalam sekolah. Seperti contoh, rerata guru yang sudah mampu mengakses PMM adalah guru-guru junior. Sedangkan masih ada guru senior masih merasa gagap teknologi sehingga belum bisa mengakses serta memanfaatkan PMM. Guru senior dan junior belum membaur untuk saling berbagi praktik baik dalam pemanfaatan PMM di sekolah.
Dari fakta permasalahan-permasalahan di sekolah yang saya dampingi, perlu ada perhatian khusus dari semua pihak terkait yakni guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan dan pengawas bina dalam melakukan komitmen untuk mengatasinya. PMM merupakan salah satu sumber informasi yang telah dipersiapkan oleh pemerintah dalam rangka menunjang Implementasi kurikulum merdeka. Hal ini agar segera dilakukan, dengan harapan semua memiliki pemahaman yang utuh tentang Kurikulum Merdeka sehingga pada saat penerapan Kurikulum Merdeka secara serentak di tahun 2024 semua pihak sudah siap untuk melaksanakannya.