Mohon tunggu...
Novi Nurul Khotimah
Novi Nurul Khotimah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulislah dengan hati

GURU MULIA ADALAH GURU YANG BERKARYA

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Salatmu Membuatku Jatuh Cinta

29 Mei 2020   10:46 Diperbarui: 29 Mei 2020   10:39 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Ketahuilah Nilam, setelah kepulanganmu ke kampung beberapa minggu yang lalu untuk berlebaran seperti ada yang hilang dalam diriku, seakan ada yang kosong dalam hati ini. Hati yang cukup lama membisu bahkan membeku. Ada rasa tidak biasa ketika aku dekat dengan dirimu. Ada secercah asa yang membara. Semangat membara untuk menata hidupku yang cukup lama redup. Tersimpan segenggam harapan untuk merenda masa depan kembali. Rasa itu terusik ketika dirimu di hari pertama mengikuti mata kuliahku. Dirimu bertanya,” Pak, adakah mushola disini? Bolehkah saya pinjam mukenanya? Saya mau ikut sholat dzuhur,”papar Ikhsan panjang lebar.

“Dan dirimu yang sibuk mencarikan mukena itu untukku yah, ke resepsionis, ke sesama rekan dosen perempuan yang muslim, aku masih mengingat itu Bang,” sela Nilam tersenyum.

“Betul, ternyata dirimu masih mengingatnya juga,” sahut Ikhsan membalas senyuman Nilam sembari tangannya menepuk lembut pundak Nilam.

“Dan ketika mendapatkan mukena untukmu ada rasa haru serta bahagia mengalir pada diriku,” Ikhsan melanjutkan perkataannya.

“Tahukah Nilam, semenjak itu aku mulai tertarik pada sikapmu yang berbeda dengan gadis-gadis ataupun mahasiswi-mahasiswi yang sering aku temui di ibu kota. Setiap hari ketika ada perkuliahan, dirimu tak pernah satu waktupun meninggalkan kewajibanmu itu. Padahal mahasiswa di kampus juga banyak yang muslim. Aku yang seorang mualaf pun masih sering bolong-bolong dalam menunaikan kewajibanku, kehadiranmu sepertinya mengingatkan kepada Tuhanku. Sejak saat itu hari-hariku tak lepas dari memikirkanmu. Sepertinya hatiku mulai tersihir oleh keberadaanmu, cara berpakaianmu yang tertutup, cara berbicaramu yang lembut dengan logat daerahmu yang kental, dan ketaatanmu dalam beribadah. Shalatmu membuat aku jatuh cinta,“lanjut Ikhsan panjang lebar.

“Subhanallah,,,” Nilam menyela.

“Aku tak pantas menerima pujian itu, itu terlalu berlebihan Bang,” Nilam terkesima mendengar penjelasan Ikhsan, yang ternyata selama ini memperhatikan dirinya. Nilam menyadari ketika bertemu Ikhsan pertama kali pada saat mulai perkuliahan, dia mengagumi lelaki itu. Tapi dia tidak berani berharap terlalu jauh. Dia berkata dalam batinnya, dia harus belajar dengan benar, lulus sesegera mungkin, mendapatkan pekerjaan demi menjaga amanat orang tuanya di kampung.

“Itu kenyataannya Nilam, rasaku terpaut pada dirimu,” Ikhsan kembali menguatkan.

"Apakah rasaku ini bersambut pada hatimu, Nilam?”tanya Ikhsan kepada Nilam penuh harap.

Nilam terdiam, dari sudut matanya menitikkan bulir-bulir bening yang jatuh di pipinya.

“Lho, kenapa dirimu menangis Nilam? Apakah perkataanku melukai hatimu? Tanya Ikhsan cemas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun