Entah aku harus mulai dari mana untuk menuliskan kata-kata
Memahatkannya menjadi sebuah syair berima yang indah penuh romantika
Sebagaimana sajak yang pernah engkau minta atas penaku
Agar aku larut merasakan rindumu yang membuncah, Â karena engkau tak merasa percaya diri jika harus menanggungnya hanya dengan sebelah tanganmu
Aku tatap dengan lekat bola indah matamu untuk memadukan rindumu, rinduku dan rindu kita tanpa berhias kata-kata dalam puisi. Aku berusaha meyakinkanmu dengan kesungguhan hati. Tetapi tetap engkau tak peduli. Aku harus menuangkan kumpulan kata. Itu pintamu. Tuliskanlah untukku...karena aku tak pandai bersyair. Agar aku bisa tertidur lelap dalam pelukan hangat syair indahmu. Begitu katamu, mencoba merayu aku..
Akupun mulai memilah kata, Â mencari-cari aksara bermakna pada setiap celah jendela agar aku bisa menampung rindumu. Aku simpan rapi kata-kata itu, aku susun syair-syair itu. Baris pertama aku tulis bersamamu aku bahagia... baris kedua aku tulis bersamamu aku bahagia....baris ketiga bersamamu aku bahagia....baris keempat juga sama, bait berikutnya pun tak beda. Pun demikian dengan judul sajak itu....
Cirebon, 16052019
Novi Nurul Khotimah