Mengajar Itu tentang Cita Rasa

Beberapa hari ini saya sangat menikmati peran sebagai supervisor di sekolah. Peran yang harus dilakukan oleh seorang manager di sekolah. Mengapa ada penekanan HARUS atau kata lain WAJIB?  Hal itu karena sudah melekat pada tugas pokok kepala sekolah. 

Tugas pokok kepala sekolah yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 6 tahun 2018 tentang Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah, tertuang  pada BAB VI pasal 15 ayat 1 "Beban kerja Kepala Sekolah sepenuhnya untuk melaksanakan tugas pokok manajerial, pengembangan kewirausahaan,  dan supervisi Guru dan tenaga kependidikan. "

dok.pribadi

So...tidak ada alasan apapun untuk tidak melaksanakannya jika regulasinya sudah tertuang nyata. Suka tidak suka, sempat tidak sempat harus disempatkan oleh setiap kepala sekolah.  

Jika tidak dilaksanakan pastinya ada tugas yang gugur dalam melaksanakan kewajiban sebagai kepala sekolah. Itulah hal mendasar yang menjadi alasan saya ketika saya harus berjibaku, berkomitmen untuk menuntaskan tugas supervisi Guru ini. Mengapa demikian?  Jika komitmen itu lemah, sudah bisa dipastikan program supervisi akan mandeg. Hal ini kerapkali terjadi pada para kepala sekolah berkaitan dengan agenda yang sangat padat. 

Ketika sudah diagendakan sering berbenturan dengan tugas kedinasan lain yang tidak kalah pentingnya. Undangan rapat, undangan sosialisasi, dan agenda-agenda lain yang tidak ada dalam rencana Kepala Sekolah sebelumnya, tetapi ketika ada agenda kedinasan di dinas pendidikan tetap harus diutamakan. Oleh karena itu, di sinilah tantangan kepala sekolah agar dapat mengelola waktu dengan cerdas agar semua yang menjadi tugas pokok sebagai kepala sekolah dapat berjalan seimbang. Yuk, kita supervisi!

dok.pribadi

Selain sebagai tugas pokok kepala sekolah, supervisi bagi saya merupakan sarana untuk mengobati kerinduan saya sebagai guru saat berada ditengah-tengah siswa. Bisa dipastikan hampir seluruh waktu saya tersita untuk hal-hal yang bersifat manajerial. 

Dengan supervisi, saya bisa bercengkrama lebih dekat dengan guru juga mereka para siswa, mendengar aduan mereka tentang berbagai hal, mendengar candaan mereka bersama teman-temannya, melihat berbagai ekspresi mereka ketika belajar, dan lain sebagainya.  

Dari beberapa kelas yang saya kunjungi, dari beberapa guru yang saya dampingi saat melakukan pembelajaran, banyak hal kebaikan yang saya temukan meskipun tidak sedikit hal-hal yang mengharuskan adanya pembinaan.

Baik itu saat merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, maupun melaksanakan penilaian pembelajaran. So...untuk hal ini akan menjadi bahan kajian tulisan saya di bagian lain.

dok.pribadi

Ketika saya berada di ruang kelas, menyimak, memperhatikan, dan mengikuti jalannya proses pembelajaran, saya ikut larut di dalamnya. Setiap guru mempunyai gaya berbeda dalam mengajar. Jika diibaratkan mengajar itu mengolah suatu menu masakan, mengajar itu berarti tentang cita rasa. 

Masakan yang memiliki cita rasa yang tinggi, dipastikan kualitas sudah menjadi jaminan. Karena hal itu sudah melalui uji coba yang dilakukan sorang chef. Dan tentunya akan ada harga untuk sebuah kualitas. Begitupun dengan mengajar. Bagaimana ketika seorang guru memiliki cita rasa yang tinggi pada dunia mengajar.