Pagi ini hari minggu. Saat yang ditunggu-tunggu buatku. Hari-hari biasa dari Senin sampai dengan Sabtu aku harus berjibaku, Â berpacu dengan waktu. Melakoni perjalananku sebagai abdi negara. Kini saatnya pakansi tiba, Â dalam satu minggu satu kali.
Aku begitu menikmati segarnya udara pagi di halaman teras depan rumahku sambil memandangi bunga bougenvile yang warna warni. Â Cantik sekali nampak di mataku. Sesekali tanganku membuang ranting kering dan bunga yang sudah layu. Begitu nyaman, semilir angin menyibakkan anak rambutku. Kuhirup dalam-dalam diiringi suara hatiku menghitung berapa detik bisa ku menahan nafas. Kuatur nafas, sesaat aku tarik nafas, Â sesaat lagi kukeluarkan nafas.. Berulang kali hal itu kulakukan...
Serasa dianggap cukup, Â aku duduk di kursi lenong berbahan kayu jati di beranda teras rumahku. Kedua mataku menatap langit telanjang biru dipadu gumpalan awan putih nan lembut bagaikan sutra. Sesekali terlihat burung-burung beterbangan. Betapa indahnya, kedua mataku dimanjakan oleh pemandangan pagi. Â Subhanallah.. Alhamdulillah...puji syukur terucap tak henti-henti dari bibirku. Nikmat yang luar biasa Allah berikan dalam setiap desahan nafasku. Setiap helaan udara yang kuhirup, Â setiap detak jantungku, tanpa aku harus membayarnya. Â Semua Allah berikan secara cuma-cuma...Aku terbayang beribu bahkan berjuta orang yang sedang terbaring di rumah sakit, mempertahankan nafas dan detak jantung. Â Bermacam-macam selang menjuntai terpasang demi menyelamatkan sebuah nafas dan mempertahankan detak jantung. Berapa rupiah-rupiah yang harus dibayar untuk semua itu???? Ya Allah...terkadang orang-orang yang sehat lupa menyadari hal itu.
Tak terasa bulir-bulir airmata menetes dari kedua sudut mataku. Tersentak saat aku merasakan airmata ini menetes membasahi pupiku. Nikmat yang mana lagi yang harus aku dustakan. Kedua mataku sempurna bisa bebas melihat luasnya langit yang telanjang dengan segala lukisannya? Â Kedua mataku bisa meneteskan airmata karena kehabisan kata-kata dalam mengungkapkan ekpresi ketakjuban akan Dia Yang Maha Kuasa. Setiap kedipan mata Allah berikan gratis. Â Setiap tetes airmata yang mengalir Allah kasih secara cuma-cuma.
Bagaimana halnya mereka yang tidak Allah berikan kesempatan buat menatap langit, Â yang ada hanyalah gelap, Â hitam dan hitam. Berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya operasi mata? Bagaimana pula jikalau Allah tak memberi airmata dan tak bisa menangis?? Sungguh bisa menangis itu bukan berarti cengeng tapi karunia Allah yang luar biasa.. Masya Allah . Â Ya Allah, semoga aku termasuk orang yang selalu bersyukur atas nikmat-nikmat yang Engkau berikan. "gumamku sambil menyeka airmata.... Airmata syukur atas karunia ini, airmata ketakutan jika tidak bisa bersyukur..
Tiba-tiba, Â ada seorang ibu menggendong anak kecil yang tertidur mengetuk pagar rumahku.
"Assalamualaikum, "sapa si ibu.
"Wa'alaikumussalam,"jawabku sambil beranjak dari tempat dudukku dan memastikan airmata sudah tidak tampak.
Ternyata ibu yang datang adalah tetangga sebelah rumahku, Ibu Hasan.
"Bu, Bapak ada nggak? " tanya dia.
"Oh, Â Bapak kebetulan baru berangkat, ada acara di kantor,"jawabku agak terheran-heran, Â koq tidak biasanya Ibu Hasan nanyain suamiku.