Aku masih sibuk dengan pikiranku sendiri, sibuk menata jantung yang masih berdegup kencang, sibuk menata hati yang sedang menari kesana kemari...
"Wina...kenapa diam saja?" suara Pak Chandra membuatku tersadar aku sedang duduk di samping nya saat ini.
"Ma...maaf Pak... Masih jauhkah restoran yang bapak maksud?" aku melontarkan pertanyaan yang salah.
"Sebentar lagi kita sampai. Kenapa Wina? Kamu sudah lapar ya?" Pak Chandra tertawa.
Oohh No... Pipiku sekarang pasti sudah memerah seperti pakai blush on. Malu nya aku...
"Naahh...itu restorannya sudah kelihatan."
Pak Chandra memarkirkan mobilnya. Lalu kami turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam restoran mewah dengan harum masakan yang sudah tercium. Membuat perut ku bersorak gembira karena sebentar lagi akan ada makanan lezat yang masuk.
Kami jalan menuju meja yang sudah dipesan Pak Chandra dengan diantar pelayan.
Lalu ku dengar Pak Chandra mengatakan kepada pelayan untuk segera menghidangkan menu pembuka yang sudah dipesan.
Kami duduk berhadapan sekarang.Â
"Wina...kamu harus mengontrol dirimu, jangan bikin malu. Biasanya kamu bisa luwes dengan siapa pun. Kenapa sekarang kamu seperti ayam sayur?? Ini kesempatan besar Wina, jangan sia-sia kan." Suara di hatiku memarahiku seperti aku anak kecil.