Mohon tunggu...
Novi Setyowati
Novi Setyowati Mohon Tunggu... Lainnya - berbagi pengalaman, cerita, dan pengetahuan

berbagi pengalaman, cerita, dan pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Dilema Kram Perut dan Cuti Bulanan bagi Perempuan

11 Juni 2021   11:47 Diperbarui: 11 Juni 2021   13:44 864
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kram perut (Sumber gambar: Pixabay/Saranya7)

Pada akhirnya, demi menjaga profesionalisme, banyak wanita di luar sana yang tetap aktif bekerja meski kram perut tak lagi tertahankan.

Ilustrasi kram perut (Sumber gambar: Pixabay/nastya_gepp)
Ilustrasi kram perut (Sumber gambar: Pixabay/nastya_gepp)
Tuntutan profesi

Jika pada profesi tertentu masih sah-sah saja untuk melakukan cuti setiap bulannya, sebut saja seperti pekerjaan kantoran, maka tidak demikian dengan beberapa profesi tertentu lainnya yang rasanya akan menjadi keanehan tersendiri jika harus cuti setiap bulan.

Misalnya saja, profesi seorang guru.

Saya kerap teringat dengan Guru Kimia saya saat masih duduk di bangku sekolah menengah dulu. Beliau yang kebetulan seorang perempuan ini terlihat sangat berjuang keras pada suatu hari tertentu setiap bulannya.

Kami yang notabene siswa perempuan pun sangat memahami apa yang beliau rasakan. Bagaimana tidak? Raut wajah yang biasanya berseri selalu terlihat pucat dan menahan perih dari kram perut yang melanda.

Belum lagi, tantangan yang beliau hadapi lainnya adalah untuk terus aktif menjelaskan pelajaran sambil sesekali berjalan bolak-balik dari tempat duduknya ke papan tulis demi menjelaskan jawaban dari soal tertentu.

Ditambah lagi, jika kelas sangat gaduh dengan suara siswa-siswi yang sedang bercengkerama. Duh, bisa dibayangkan semakin pusing rasanya kepala ini.

Dilema yang beliau alami sungguhlah sangat wajar. Di satu sisi menginginkan hari yang tenang tanpa banyak bergerak.

Tapi di sisi lain, profesi yang digelutinya menuntutnya untuk tetap aktif kesana-kemari, bergerak dari satu kelas ke kelas lainnya demi menularkan pengetahuan yang dimilikinya pada anak didiknya.

Lagi-lagi, untuk menjaga profesionalisme, seorang guru tetap harus aktif mengajar meski sedang dilanda kram perut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun