Mohon tunggu...
Inem Ga Seksi
Inem Ga Seksi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jadilah air bagi ragaku yang api

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sampai Kapan Kau Akan Terus Berlari ?

28 Desember 2012   16:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:53 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Untukmu, yang tak pernah mengenal sepi, yang selalu saja berlari, bergegas menerobos lebatnya resah.

Untukmu, yang selalu saja tetap tersenyum, padahal kau tau, segumpal-gumpal mendung begitu setia duduk di pinggir danau pelupukmu.

Untukmu, yang tak pernah mau berkenalan dengan petirnya getir, pekatnya tabu dan jelaganya arang.

Kau !

Sosok yang hanya nampak ingin berlari, terus dan terus. Tanpa memikirkan dimana dan kapan untuk berhenti, walau sejenak.

Dada yang sering terlihat naik turun, kadang teratur, kadang memburu, bahkan kadang perpaduan keduanya. Sudah menjadi satu warna, yang begitu setia melekat padamu.

Pernah, di suatu siang yang terik. Aku menemukanmu, dengan peluh mengalir deras tanpa jeda, kau yang kepayahan berlari sempoyongan.

Sementara kau merasa asik dengan kepayahanmu, gundahmu pun makin asik dengan mempermainkan hatimu. Dan hal ini, tentu saja membuatmu semakin urung untuk berhenti. Sejenak.

Untukmu, yang siang itu menolak uluran embun dariku. Yang menampiknya karena menganggap, sebuah luka hanya bisa di sembuhkan dengan berlari dan berlari, tanpa jeda, tanpa koma. Melesat.

Bisa saja, senyuman bidadarimu, membius seluruh angkasa dan bumi, tetapi siapa jamin ? bahwa matamu yang murung bisa kau sembunyikan. Siapa yang akan membantumu ? bila suatu ketika kelak, murungmu harus berkontraksi dan melahirkan lara.

“Berhentilah, sejenak ! luka mu akan menyembuhkan dirinya sendiri.”

Teriakku, di balik melesatnya punggungmu yang ringkih. Yang nampak getas, seperti akan lebur berkeping.

Tapi apa yang aku dapat ? Teriakanku hanya berbalas desahan. Yang di iringi hentakan-hentakan telapak kakimu. Mengambil kuda-kuda untuk kembali berlari.

Untukmu, yang saat ini tetap setia memupuk lukanya, ijinkan aku bertanya, padamu.

Apakah dengan berlari, sakit yang kau rasa sangat itu, sirna ? jawablah dengan mensejajarkan jarak kita.

Berhenti dan duduklah, sejenak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun